SAMARINDA - Kesedihan mendalam dirasakan oleh Warga Negara Asing (WNA) Jepang Takeshi Arizono di kota Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara.
Apalagi, Takeshi usianya 45 tahun masih membekas ingatan dalam benaknya musibah yang sama terjadi, gempa dan tsunami di Prefektur Ishikawa pada tujuh tahun yang silam.
"Tujuh tahun lalu, Prefektur Ishikawa terkena gempa. Perasaan saya sedih sekali (gempa tsunami Jepang)," jelas Takeshi, Kamis 4 Januari 2024.
Sejauh ini, 78 orang dilaporkan tewas dan 50 orang hilang serta 330 orang terluka akibat gempa di Jepang. Takeshi sangat beruntung karena keluarganya semua selamat, tak terkena bencana gempa.
Hanya saja, Takeshi mendapat kabar kerabatnya seorang dosen berusia 80 tahun selamat dari musibah tsunami.
"Keluarga saya tidak ada yang terkena dan tidak ada meninggal. Cuma teman dosen, ada (terkena tsunami)," ujar Takeshi.
Takeshi bercerita kerabatnya tersebut kondisi kesehatannya saat ini sangat baik. Namun, rumahnya diterjang tsunami. Kabar ini baru diterimanya hari Rabu 3 Januari 2024 malam dan internet di lokasi gempa tsunami Jepang pulih kembali.
"Badannya kondisinya baik. Kotanya sudah kena tsunami. Rumahnya di lantai 1 terkena tsunami. Lantai 2 ok (tidak terkena tsunami)," katanya.
Adapun, kronologi kerabatnya bisa selamatkan diri dari tsunami tidak diketahui oleh Takeshi. "Saya tidak tahu detailnya. Dia juga tidak cerita," katanya.
Berbagi pengalaman, Takeshi menilai masyarakat Jepang jauh hari sudah melakukan pelatihan bagaimana menghadapi musibah gempa dan tsunami. Sehingga, kesigapan masyarakat Jepang sangat baik dalam melakukan evakuasi diri ke tempat aman.
"Gempa dan tsunami bisa terjadi dimana saja. Kami masyarakat Jepang sudah sering jalani pelatihan dan sudah lakukan evakuasi ketika ada gempa dan tsunami," jelasnya. .
Pada kurun waktu 30 tahun terakhir, musibah gempa terbesar di Jepang yang menelan korban jiwa terjadi pada 11 Maret 2011, gempa bumi berkekuatan 9,0 skala Richter dan tsunami melanda timur laut Jepang, menewaskan sekitar 20.000 orang dan menimbulkan kehancuran di Fukushima, termasuk bencana nuklir terburuk di dunia sejak Chernobyl.
Lalu, gempa bumi berkekuatan 7,3 melanda Kumamoto di pulau selatan Jepang, menewaskan lebih dari 220 orang terjadi 16 April 2016. Selanjutnya, pada 18 Juni 2018, gempa bumi berkekuatan 6,1 skala richter di Osaka, kota metropolitan terbesar kedua di Jepang, menewaskan empat orang.