BANJARBARU - Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel, telah merilis Indeks Harga Konsumen (IHK). Dari catatan mereka, IHK Kalsel mengalami penurunan atau deflasi sebesar 0,17 persen secara bulanan (month-to-month) pada Januari 2021.
Sementara secara tahun kalender: Januari 2021- Desember 2020 juga mengalami deflasi sebesar 0,17 persen. Sedangkan secara tahunan: Januari 2021 - Januari 2020 (year-on-year) terjadi inflasi 1,20 persen.
Kepala BPS Kalsel, Moh Edy Mahmud mengatakan, Kalsel mengalami deflasi pada Januari 2021 dikarenakan adanya penurunan harga yang signifikan pada indeks pengeluaran transportasi.
"Indeks pengeluaran transportasi mengalami penurunan harga sebesar 3,95 persen," katanya melalui channel Youtube BPS Kalsel, baru-baru tadi.
Ditambahkannya, selain lantaran penurunan harga yang signifikan pada indeks pengeluaran transportasi, deflasi juga terjadi dikarenakan ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga. "Komoditas yang memberikan andil deflasi tertinggi antara lain, angkutan udara, telur ayam ras, bawang merah, daging ayam ras, dan ikan papuyu," tambahnya.
Edy mengungkapkan, selama Januari 2021 sebenarnya ada beberapa kelompok yang mengalami kenaikan indeks harga. Namun tidak memberikan andil besar untuk menghindarkan Kalsel dari deflasi. "Salah satunya, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran terjadi kenaikan sebesar 0,77 persen," ungkapnya.
Kemudian, kelompok kesehatan serta perawatan pribadi dan jasa lainnya juga naik sebesar 0,69 persen. Lalu, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya naik 0,43 persen; kelompok makan, minuman dan tembakau naik 0,37 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,03 persen.
"Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya serta kelompok pakaian dan alas kaki juga naik sebesar 0,01 persen," beber Edy.
Dari kelompok yang mengalami kenaikan indeks harga, kata dia ada beberapa komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi. Antara lain, cabai rawit, nasi dengan lauk, tempe, tahu mentah, dan kacang panjang. "Sedangkan kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan indeks harga dibanding Desember 2020," katanya.
Sementara itu, menanggapi rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) dari BPS Kalsel. Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani menjelaskan bahwa ada banyak hal yang mempengaruhi terjadinya deflasi. Di antaranya, masyarakat menahan diri untuk bepergian ke luar daerah Kalsel. Khususnya dengan pesawat udara karena biaya rapid antigen yang cukup tinggi.
"Dan tentunya atas kekhawatiran pendemi Covid-19, serta penerapan PPKM juga membuat masyarakat tidak melakukan perjalanan. Kecuali sangat penting. Ini berpengaruh pada tingkat perputaran uang atau omzet para pedagang, sehingga tingkat belanja menjadi turun," jelasnya.
Di samping itu, banjir besar yang melanda 11 kabupaten/kota di Kalsel juga menurutnya turut mempengaruhi terjadinya deflasi. Sebab, bencana ini membuat arus transportasi atau suplai barang antar daerah terhambat.
"Beberapa kabupaten di Banua Anam, juga Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru pasokan bahan pokoknya biasanya dari Banjarmasin dan sekitarnya. Sementara saat banjir sejumlah jalan sempat putus dan terendam, sehingga suplai terhambat," ujar Birhasani.
Selain membuat suplai barang terganggu, dia menuturkan, banjir yang terjadi dalam waktu lama juga menyebabkan masyarakat fokus mengurus keluarga. Sehingga, pasar menjadi sepi. Hal ini menurutnya juga menjadi salah satu penyebab Kalsel mengalami deflasi.