Sesuai pola musimannya, ekspor batu bara diprediksi mengalami perlambatan pada triwulan pertama tahun ini. Seiring tingginya kinerja emas hitam pada pengujung tahun lalu. Juga melemahnya permintaan batu bara global.
SAMARINDA–Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Budi Widihartanto mengatakan, tahun ini terdapat tantangan yang akan dihadapi. Antara lain permintaan batu bara global yang melemah, risiko perlambatan ekonomi di beberapa negara mitra utama, serta prakiraan perlambatan harga batu bara.
Baca Juga: Kenaikan Harga Tak Pengaruhi Pendapatan Hotel di Balikpapan
Utamanya nilai ekspor Kaltim pada kuartal pertama 2024 diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pola musiman yang biasa terjadi pada awal tahun. “Untuk itu, potensi-potensi ekspor non-tambang dan produk hilirisasi akan terus didorong,” jelasnya, Senin (29/1).
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kaltim Melambat, BI Sebut Akibat Kondisi Global
Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat, ekspor Kaltim pada November 2023 naik sebesar 5,27 persen dibandingkan Oktober 2023, yaitu dari USD 2.077,21 juta menjadi sebesar USD 2.186,71 juta. Peningkatan nilai ekspor disebabkan melambungnya nilai ekspor migas maupun nilai ekspor nonmigas, dengan peningkatan masing-masing sebesar 8,96 persen dan 4,82 persen.
Kenaikan nilai ekspor terutama dipengaruhi oleh permintaan yang tinggi dari negara-negara tujuan utama, seperti Malaysia, Filipina, dan India. Sektor nonmigas masih mendominasi ekspor Kaltim dengan kontribusi sebesar 90,19 persen, dengan komoditas utama yang diekspor adalah bahan bakar mineral, lemak serta minyak hewani dan nabati, juga bahan kimia anorganik.
“Meskipun ekspor awal tahun tidak akan lebih tinggi dibandingkan pengujung 2023, namun pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun 2024 diprakirakan masih tumbuh positif pada range 5,0–5,8 persen secara tahunan,” katanya.
Tahun ini, Budi memproyeksikan komoditas ekspor Kaltim masih akan didominasi oleh komoditas tambang, seperti batu bara, migas, dan crude palm oil (CPO). Namun, BI juga mengharapkan adanya peningkatan ekspor dari sektor non-tambang dan produk hilirisasi, yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.
Adapun, salah satu upaya yang dilakukan oleh BI adalah memfasilitasi peningkatan kapasitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar dapat melakukan ekspor. Bank Indonesia memfasilitasi peningkatan kapasitas UMKM agar dapat melakukan ekspor melalui pelatihan, workshop, memfasilitasi business matching yang mempertemukan UMKM dan buyer internasional.
Serta mengikutsertakan UMKM binaan BI di event trade expo international. “Harapannya agar ekspor Kaltim bisa memiliki komoditas-komoditas baru,” pungkasnya.
UMKM TEMBUS PASAR MANCANEGARA
Tak semua orang berani melakukan langkah yang ditempuh Yudi Eko Santosa. Keluar dari zona nyaman bekerja di sebuah BUMN yang dijalaninya 17 tahun untuk memulai bisnis di bidang perkayuan. Memutuskan keluar dari perusahaan yang memberinya banyak pengalaman bekerja, Yudi, begitu dia biasa disapa mulai membangun, Kaytama, dari Jalan Cigayam, Sukasari, Banjarsari, Ciamis, Jawa Barat. Jauh dari hiruk-pikuk Jakarta, usahanya yang berbasis kayu itu malah berkibar hingga mancanegara.