• Senin, 22 Desember 2025

Pendamping UMKM Berbagi Cerita; Sarkawi Badransyah, Tantangan Mental, Penetrasi Pasar, hingga Potensi Ekspor

Photo Author
- Jumat, 9 Februari 2024 | 16:35 WIB
PERAJIN: Pembinaan dan pendampingan yang pernah dilakukan pada kelompok UMKM Tenun Ulap Doyo, Pokant Takaq di Tenggarong, Kutai Kartanegara.
PERAJIN: Pembinaan dan pendampingan yang pernah dilakukan pada kelompok UMKM Tenun Ulap Doyo, Pokant Takaq di Tenggarong, Kutai Kartanegara.

 

 

Pertumbuhan UMKM menunjukkan tren positif. Berdampak bagi perekonomian Indonesia. Dari data Kementerian Koperasi dan UKM pada 2023, andilnya terhadap PDB nasional sebesar 61,9 persen. Bahkan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja lokal 97 persen.

RADEN RORO MIRA, Samarinda

PANDEMI di Indonesia pada 2020 lalu memberi banyak catatan buruk. Namun dari sisi perkembangan teknologi justru membawa manfaat. Mereka yang bergerak di usaha produktif, mau tidak mau dan suka tidak suka harus berkompromi dengan kecanggihan teknologi demi kemajuan usaha.

“Akhirnya literasi digital meningkat. Para UMKM yang dulu tidak peduli dengan digital, jadi harus belajar. Jadi ada sisi lain dari Covid-19. Kalau tidak masuk ke pasar online, berat bagi UMKM bertahan saat pandemi kemarin,” beber Sarkawi Badransyah, pendamping UMKM.

Kegigihannya menjalankan usaha bertahun-tahun dilirik Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop & UKM) Kaltim. Sejak 2012, dia resmi didapuk untuk menjadi pendamping UMKM hingga sekarang.

Baca Juga: Makanannya Enak...!! Pj Gubernur Lepas Ekspor Perdana Dua Produk UMKM

Perkembangan UMKM diakui cukup pesat. “Awal-awal pendampingan, misal saat pertemuan saya tanya dari 30 peserta berapa yang punya Facebook, hanya tiga orang angkat tangan. Bahkan email pun hanya satu orang yang punya. Tapi sekarang alhamdulillah, sebagian besar sudah mendaftar di marketplace,” ujar pria yang karib dipanggil Awi itu.

Jika dulu pendampingan hanya tugas instansi terkait, kini hampir seluruhnya memiliki program serupa. Mulai BUMD, BUMN, bahkan swasta. Semua bermula saat pemerintah pusat menetapkan Hari UMKM nasional pada 2016.

Pertumbuhannya pun lebih cepat. Edukasi menjadi lebih banyak, peluang terbuka lebar, fasilitas tersebar. Swasta juga didorong untuk melakukan program tanggung jawab sosial dengan menyasar UMKM sebagai salah satunya.

Baca Juga: Berkembang dengan Digital: Peran Platform Terpopuler di Balik Suksesnya UMKM

“Jadi aneh kalau sekarang kok ada UMKM yang tidak maju. Itu jadi tanda petik. Kenapa? Padahal peluang dan tempat belajar itu ada banyak. Berarti pelaku yang belum serius, misi awal atau pola pikir yang belum konsisten atau terarah,” jelas pria kelahiran 1978 itu.

Jika dulu tantangannya adalah penyesuaian digital, kini menurut Awi hanya ada satu masalah yang sering menghambat kemajuan para pelaku. “Pangsa pasar. Sebab sekarang banyak sekali yang terjun di dunia ini. Sehingga kalau mentalnya lemah, tidak bisa menghadapi persaingan akan kalah duluan. Apalagi gaung IKN, produk luar berlomba-lomba masuk ke sini. Sementara mental kita di sini belum siap, jadinya sulit bersaing,” paparnya.

Namun tantangan itu juga bisa jadi peluang bagi sebagian orang. Mereka yang jeli, akan mencari nilai lebih agar produk bisa masuk dan diterima. Lagi-lagi Awi menekankan semua itu bergantung pada pola pikir.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X