• Senin, 22 Desember 2025

Mengulik Kemandirian Pesantren, Kembangkan Unit Bisnis Lewat Peternakan Sejak 1992

Photo Author
- Sabtu, 23 Maret 2024 | 10:15 WIB
Sapi yang dikelola pesantren.
Sapi yang dikelola pesantren.

 

Sejak pertama berdiri, Pondok Pesantren Assalam Kutai Barat sudah mengembangkan bisnis peternakan lewat penggemukan sapi. Walau masih dalam pola sederhana. Kini, sudah mampu memasok kebutuhan sapi kurban internal pesantren dan kebutuhan masyarakat sekitar.

Raden Roro Mira, Kutai Barat

DENGAN total sekitar seribu santri, Pondok Pesantren (Ponpes) Assalam menyembelih 40-50 ekor sapi setiap tahunnya untuk kebutuhan kurban. Oleh sebab itu, sejak berdiri 32 tahun lalu, sudah diinisiasi dengan usaha peternakan lewat penggemukan sapi mandiri.

“Sistemnya belum sematang sekarang. Bisa dibilang sejak 1992-2018 itu pondok belum punya kandang sendiri, belum punya lahan untuk pakan. Jadi sistemnya gaduh, pondok yang punya modal dan sapi dititipkan untuk dirawat oleh masyarakat. Nanti dipanen untuk dijual dan kebutuhan pondok,” beber Manajer Operasional Unit Usaha Ponpes Assalam Adam Ridho Muzakki.

Skalanya diakui tidak besar, kurang dari 20 ekor sapi. Selain itu juga ada kambing yang ikut dikembangkan dengan pola serupa. Masuk 2018, dimulai inisiasi membangun kandang pribadi, lokasinya tak jauh dari ponpes.

Dengan kapasitas 20 ekor sapi. Tidak lagi menggunakan sistem gaduh, sapi dibeli mulai bibit dan digemukkan di kandang. Pondok mempekerjakan empat orang untuk operasional.

Seiring waktu, usaha terus berkembang. “Ponpes Assalam mendapat kesempatan menjadi mitra binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim. Dari situ, mulai lebih matang untuk usaha peternakannya. Mulai fokus ke sapi, sekarang sudah ada kandang yang lumayan di daerah Rejo Basuki, Barong Tongkok. Di atas lahan milik pondok seluas satu hektare, kapasitas kandang itu 80-100 sapi,” lanjut Ridho.

Di lahan yang sama, dibangun juga rumah untuk penjaga lahan. Ada pula lahan khusus untuk ditanami rumput guna kebutuhan pakan seluas dua hektare. Benar-benar fokus dan serius mengembangkan kemandirian pesantren lewat peternakan.

Dijelaskan Ridho, jika pasar terbesar usaha peternakan itu yakni saat momen Iduladha. Seiring tahun, masyarakat sekitar pondok juga sudah mengenal jika pondok memiliki usaha peternakan khususnya sapi. Sehingga tak jarang yang mencari sapi kurban dengan datang langsung ke pondok atau ke kandang.

Diakui Ridho jika sampai saat ini, usaha tersebut memang fokus untuk memenuhi kebutuhan internal pondok terutama saat Iduladha. Barulah diperjualbelikan. “Kebutuhan pondok banyak, apalagi kalau kurban itu harga tinggi. Kualitas sapi untuk dibeli dalam jumlah banyak juga terbatas karena permintaan juga tinggi. Jadi untuk meminimalkan pengeluaran pondok beli sapi di luar, kami ternak sendiri. Kualitas terjamin dan harga sapi bersaing,” jelasnya.

Setiap tahun, mereka memiliki pelanggan tetap. Selain masyarakat sekitar, juga beberapa perusahaan sekitar. “Ada yang rutin beli 9-10 ekor sapi. Selain untuk kurban, masyarakat yang sudah tahu, juga ada yang datang ke kandang di luar momen kurban untuk beli sapi. Umumnya untuk acara,” sebutnya.

Perlahan tapi pasti. Walau kapasitas produksi masih di bawah 100 ekor sapi per tahun, namun perkembangan itu tetap ada. Apalagi permintaan sapi kurban selalu meningkat setiap tahun.

“Di Kutai Barat ini jumlah penduduk sedikit, bisa dibilang rumah potong hewan (RPH) itu hampir enggak ada. Masyarakat yang jual daging ya jagal sendiri, jadi ke depan harapannya kami bisa punya RPH juga. Bagian dari pengembangan usaha,” lanjut dia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X