Kementerian Koperasi dan UMK RI berupaya membangunkan pabrik pengolahan karet di Kabupaten Tanah Laut (Tala) tahun 2023. Lokasinya di Desa Ambawang, Kecamatan Batu Ampar. Biaya yang digelontorkan dari APBN 2023 sekitar Rp20 miliar. Digunakan untuk pembangunan fisik dan peralatan pabrik.
Selain itu, juga ada dana sharing dari Pemkab Tala melalui APBD 2023 sebesar Rp1,7 miliar untuk mendukung sarana dan prasarana di lokasi pabrik, seperti pemasangan jaringan listrik, air bersih, pembuatan jalan, dan lainnya.
Fisik pabrik ini sudah jadi. Peralatannya juga sudah dipasang. Tinggal setting alat.
Hadirnya pabrik pengolahan karet ini upaya dari pemerintah untuk meningkatkan penghasilan pekebun karet di Bumi Tuntung Pandang. Mereka bisa menjual hasil karetnya langsung ke pabrik, tidak lagi menjual kepada tengkulak.
Dipilihnya Desa Ambawang sebagai lokasi pembangunan pabrik karena di kecamatan ini banyak terdapat kebun karet sebagai bahan baku. Pabrik ini rencananya akan dikelola oleh Koperasi Bokar (Bahan Olahan Karet).
Namun, muncul fenomena kebun karet yang dimiliki warga tanamannya diganti menjadi tanaman sawit. Hal itu pun menjadi perhatian Ketua Komisi III DPRD Tala, Abdullah. Menurutnya, fenomena ini akan memengaruhi ketersediaan bahan baku. Jangan sampai saat sudah selesai dibangun, bahan bakunya tidak mencukupi. Apalagi tidak tersedia.
Ia menyarankan instansi terkait seperti Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) juga ikut terlibat dalam keberlangsungan pabrik tersebut.
Perhatian anggota dewan dari Partai Gerindra ini cukup beralasan. Saat ini, ada kecenderungan sebagian pekebun menanam sawit di area kebun karetnya. Hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap produksi pabrik karet. Jangan sampai di kemudian hari pabrik ini tak memiliki manfaat, dan hanya membuang-buang dana. “Ketika tanaman sawit mulai besar, tanaman karet kemudian ditebang. Hal ini pilihan di tengah harga jual getah karet yang dianggap kurang ekonomis,” ungkapnya, Rabu (6/3) lalu.
Menurutnya, hal tersebut penting diperhatikan karena jika peralihan meluas, tentu kelak akan mengurangi ketersediaan bahan baku pada pabrik pengolahan karet tersebut. “Meski saat rapat kerja disampaikan bahwa ketersediaan bahan baku tercukupi. Bahkan lebih,” ingatnya.
Ketua Komisi II DPRD Tala, Haji Junaidi belum bisa berkomentar ketika ditanya mengenai langkah-langkah yang perlu diambil wakil rakyat untuk menjaga luasan perkebunan karet. Ia belum memiliki data terkait adanya alih fungsi komoditas dari karet ke sawit. “Namun, kami akan coba dalami hal tersebut” janjinya.
Menurutnya, pembangunan pabrik karet di Desa Ambawang sudah direncanakan dengan matang. Terutama sumber bahan baku. Apakah nantinya bekerja sama dengan koperasi perkebunan karet, atau pihak lainnya. “Kami pihak DPRD menyambut baik dan mendukung dengan adanya pabrik tersebut,” sebutnya.
Kepala Bidang Koperasi pada Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Perdagangan (Diskopdag) Tala, Totom Wahyudi menyatakan bahwa bahan baku karet di Kabupaten Tala sangatlah melimpah. Hal itu berdasarkan informasi dari pihak Koperasi Bokar yang selama ini mengelola olahan karet. Meski melimpah, para pekebun masih perlu pembelajaran terutama bagaimana menghasilkan bahan baku karet untuk komoditas Ribbed Smoked Sheet (RSS) atau karet cair. “Pabrik nanti akan mengolah dua komoditas yakni SIR dan RSS. Untuk menghasilkan bahan baku RSS ini pekebun masih perlu belajar,” katanya.
Pejabat eselon III ini mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan kerja sama dengan Distanhorbun untuk memberikan pelatihan kepada para pekebun bagaimana mengolah karet cair atau RSS. “Jika sudah beroperasi, pabrik tersebut akan memerlukan bahan baku sebanyak lima ton per hari. Terdiri 2,5 ton SIR dan 2,5 ton RSS dalam kondisi kering,” bebernya.
Totom meyakini hadirnya pabrik karet ini akan meningkatkan harga beli karet di pekebun. Selain itu, juga mempermudah pekebun menjualnya. “Harapannya adanya pabrik ini mencegah para pekebun menebang pohon karet, dan menggantinya ke tanaman lain seperti sawit. Supaya ke depan dapat dilakukan hilirisasi karet, karena lahan pabrik di sana seluas 10 hektare dan sangat terbuka untuk dilakukan pengembangan,” jelasnya.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Radar Banjarmasin