Meski nilai ekspor kurang memuaskan pada Februari lalu, neraca perdagangan Kaltim masih mencatatkan surplus sebesar USD 1.433,67 juta. Hal ini dikarenakan kinerja impor juga mengalami pelemahan.
SAMARINDA – Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat nilai impor Kaltim pada Februari 2024 sebesar USD 33,297 juta. Turun 21,94 persen dibanding nilai impor Januari. Disebabkan oleh turunnya nilai impor migas dan nonmigas masing-masing sebesar 20,88 persen dan 24,30 persen.
Nilai impor migas Februari dibukukan sebesar USD 233,40 juta, lebih rendah dibanding Januari yang mencapai USD 294,99 juta. Sementara, nilai impor nonmigas tercatat USD 99,57 juta. Nilainya turun dibanding Januari sebesar USD 131,54 juta.
“Jika dibandingkan bulan yang sama tahun lalu atau year on year (yoy), nilainya turun 5,32 persen. Disebabkan turunnya nilai impor nonmigas 24,09 persen. Sebaliknya, nilai impor migas meningkat 5,85 persen. Peningkatan itu karena impor hasil minyak naik 134,53 persen meski nilai impor minyak mentah turun 58,23 persen,” papar Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana.
Dari 10 golongan barang utama, tercatat nilai impornya USD 92,05 juta, turun 22,04 persen. Dilihat dari perkembangannya terhadap Januari, Yusniar menyebut jika peningkatan nilai impor nonmigas terbesar terjadi pada golongan kapal, perahu dan struktur terapung. Kenaikannya sebesar USD 11,99 juta atau 117,43 persen.
Sebaliknya, penurunan terdalam di golongan barang mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya sebesar USD 25,19 juta (45,03 persen). “Komoditas lain dengan peningkatan nilai impor cukup besar adalah golongan barang bahan bakar mineral yang naik USD 4,15 juta, hingga 10.375 persen. Lalu golongan barang pupuk yang naik USD 3,61 juta atau 611,86 persen,” jelasnya.
Sebaliknya, komoditas lain yang mengalami penurunan nilai impor adalah berbagai produk kimia sebesar USD 9,72 juta atau 70,08 persen. Lalu, golongan barang kendaraan dan bagiannya, turun USD 5,19 juta atau 55,15 persen.
Selama Januari-Februari, impor 10 golongan barang (HS 2 digit) memberi kontribusi 90,91 persen terhadap total impor nonmigas. Andil besarnya, yakni golongan barang mesin dan peralatan mekanis dengan kontribusi 37,51 persen.
Lebih lanjut, menurut negara asal barang tercatat dari 13 negara utama. Nilainya USD 91,68 juta, turun sebesar USD 18,68 juta atau 16,93 persen dibanding bulan sebelumnya. “Kondisi itu dipengaruhi oleh turunnya nilai impor dari beberapa negara seperti Jerman yang turun USD 10,32 juta (66,07 persen), Malaysia turun USD 8,92 juta (73,36 persen) dan Tiongkok yang turun USD 6,11 juta (16,89 persen),” bebernya.
Menurut golongan penggunaan barang, dirincikan jika barang konsumsi meningkat 13,83 persen. Penurunan terjadi pada golongan bahan baku atau penolong dan barang modal, turun 21,86 persen dan 23,13 persen.
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Januari-Februari kompak alami penurunan. Barang konsumsi turun hingga 34,74 persen. Bahan baku atau penolong dan barang modal turun 5,22 persen dan 1,15 persen. “Untuk neraca perdagangan, kita mengalami surplus sebesar USD 1.433,67 juta. Di sektor nonmigas surplus USD 1.499,24 juta. Justru sektor migas defisit hingga USD 65,57 juta,” lanjut Yusniar.
Sepanjang Januari-Februari tahun ini, sektor migas defisit USD 60,35 juta. Untuk sektor nonmigas, surplus USD 3.013,95 juta. “Sehingga secara total kumulatif, neraca perdagangan Kaltim Januari-Februari 2024 alami surplus sebesar USD 2.953,60 juta,” tutupnya.
Seperti diwartakan sebelumnya, kinerja ekspor Kaltim pada Februari 2024 kurang memuaskan. Sebab, angkanya turun 9,24 persen dibanding periode sebelumnya. Yakni dari USD 1.946,46 juta menjadi USD 1.766,44 juta. Dipengaruhi pelemahan nilai ekspor migas dan nonmigas, masing-masing sebesar 44,10 persen dan 2,88 persen. (ndu/k15)
RADEN RORO MIRA