• Senin, 22 Desember 2025

Menilik Potensi Kriya di Kaltim: Imam Pranawa Utama, Patenkan Enam Motif Batik, Aktif Peragaan Busana Bawa Nama Daerah

Photo Author
- Minggu, 12 Mei 2024 | 07:51 WIB
DIKENAL: Imam (tengah) mulai aktif pameran peragaan busana sejak 1989. Mengembangkan Batik Melayu Kutai dan namanya sudah dikenal di berbagai panggung nasional.
DIKENAL: Imam (tengah) mulai aktif pameran peragaan busana sejak 1989. Mengembangkan Batik Melayu Kutai dan namanya sudah dikenal di berbagai panggung nasional.

 

Sejak kecil, Imam memang gemar sekali menggambar. Ketertarikannya besar dalam menggambar sketsa desain pakaian. Kesukaan itu dia seriusi hingga kini menciptakan Batik Melayu Kutai. Sedikitnya, 16 motif batik khas Kutai Kartanegara berhasil diciptakan.

RADEN RORO MIRA, Kutai Kartanegara

MASIH hangat di ingatan, 1987 adalah kali pertama Imam menginjakkan kaki di Kutai Kartanegara. Kedatangannya untuk mengabdi sebagai pegawai negeri. Namun, dia tetap menjalankan hobinya sebagai perancang busana. Dua tahun berselang, kali pertama dia peragaan busana.

“Saya ini pegawai negeri di bidang kesehatan, kan jauh beda dengan kegemaran saya. Tapi, bukan berarti penghalang. Beberapa kali dapat sponsor untuk peragaan busana, setahun sekali saya rutin ada peragaan busana,” ungkapnya.

Berangkat dari hobi, Imam belum memikirkan keuntungan. Intinya dia senang dengan yang dilakoni. Dia juga meluangkan waktu membantu siapa saja yang tahu jasanya untuk membuat desain pakaian.

“Sampailah pada 2010, saya terpikir, kenapa Kutai Kartanegara (Kukar) ini tidak punya motif batik sendiri ya. Zaman itu batik khas Kaltim kebanyakan motif cumi. Jadi, saya pengin ada motif batik yang membedakan khusus untuk Kukar. Saya ambillah branding Batik Melayu Kutai, tidak memasukkan unsur cumi atau ukiran-ukiran itu,” lanjutnya.

Tercatat kini ada 16 motif yang sudah dia ciptakan. Enam di antaranya sudah memiliki hak paten. Yaitu motif buah lai, pucuk tegaron, paku raja, sirih raja, miskat dan jajak cincin. Dalam perjalanannya juga sudah ada yang masuk proses sertifikasi untuk paten, yakni motif jajak keminting, jajak temu kunci, buah jelayan, kopiah sahung, gula gaet, dan kembang janggut.

“Sudah tergambar dari nama-nama motif itu adalah representasi Kukar. Kearifan lokal apa yang ada di sini, apa yang menjadi khas. Ini sekarang setiap kecamatan minta dibuatkan ada batik khasnya. Jadi, saya berusaha untuk menerjemahkan apa yang menjadi khas, ini lagi proses,” papar pria yang memiliki nama panggung Imam Mardioto itu.

Hingga 2016, Imam terus berkarya menciptakan berbagai motif. Saat itu belum ke arah komersial. Apa yang dia lakukan, murni untuk karya. Batik tulis yang dia ciptakan, bisa dibilang eksklusif apalagi saat peragaan busana.

“Jadi untuk kegiatan amal. Bisa dibilang yang punya batik saya itu pejabat semua. Masih hobi. Di 2017, mulai produksi. Selain batik tulis, juga batik cap. Agar harganya lebih terjangkau. Semuanya autodidak, saya tidak pernah belajar desain atau membatik. Murni karena hobi,” lanjut pria kelahiran 1964 itu.

Dia melihat perkembangan kriya batik saat ini begitu pesat. Kebahagiaannya tak terbendung karena seluruh kabupaten/kota di Kaltim kini miliki ciri khas batik sendiri. Bukti bahwa batik semakin berkembang luar biasa.

“Makanya saya juga tidak lelah edukasi dan motivasi ke anak-anak muda. Berharap para penerus ini bisa lebih kreatif dan jangan tunggu nanti untuk berkarya. Apalagi saya ini basic-nya adalah Sarjana Kesehatan Masyarakat, kok ke seni? Enggak nyambung. Itu artinya siapa saja bisa berkarya,” paparnya.

Permintaan pun sekarang diakui semakin meningkat. Diceritakan jika tahun lalu dia mensponsori 16 event. Tahun ini juga mulai banyak undangan dan kerja sama berdatangan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X