• Senin, 22 Desember 2025

Saat Ini Masih Didominasi Pelumas Berbasis Fosil, Kalbar Berpotensi Jadi Pusat Biopelumas Sawit Nasional

Photo Author
- Kamis, 24 April 2025 | 09:00 WIB
 Petani sedang memanen buah sawit. Penghapusan pungutan ekspor CPO menjadi angin segar bagi petani karena kebijakan ini diharapkan dapat mendongkrak harga sawit.
Petani sedang memanen buah sawit. Penghapusan pungutan ekspor CPO menjadi angin segar bagi petani karena kebijakan ini diharapkan dapat mendongkrak harga sawit.

 

Kalimantan Barat (Kalbar), salah satu lumbung sawit Indonesia, kini berada di ambang lompatan besar. Tak lagi hanya jadi penghasil minyak sawit mentah (CPO), Kalbar tengah mengarah pada tahap yang lebih bernilai: pengembangan industri biopelumas berbasis sawit—pelumas ramah lingkungan yang siap menggantikan dominasi pelumas berbasis minyak bumi.

Menurut Prof. Dr. H. Thamrin Usman, DEA, Guru Besar Kimia Agroindustri Universitas Tanjungpura dan Ketua Dewan Penasehat ICMI Kalbar, potensi ini bukan sekadar wacana. Infrastruktur perkebunan dan pabrik pengolahan yang sudah mapan menjadi fondasi kokoh bagi industri hilir sawit yang lebih berkelanjutan.

Baca Juga: Harga Sawit Berau Rendah, DPRD Berau Desak Perusahaan Bertindak Adil

“Pasar pelumas nasional saat ini masih didominasi produk berbasis fosil. Padahal, permintaan akan pelumas ramah lingkungan terus tumbuh, dan Kalbar punya semua modalnya,” ujar Prof. Thamrin.

Yang menarik, peredaran pelumas palsu di Kalbar mencapai omzet hingga Rp85 miliar per bulan, sebuah celah pasar yang bisa diisi dengan produk legal, berkualitas, dan berbasis sawit.

Ramah Lingkungan, Bernilai Tinggi

Biopelumas sawit bukan hanya alternatif, tapi solusi unggulan. Dengan sifat biodegradable dan non-toksik, biopelumas menjadi pilihan tepat di era transisi energi dan ekonomi hijau. Teknologi produksinya juga telah terbukti efisien: yield bisa mencapai hampir 95% lewat proses trans-esterifikasi menggunakan katalis seperti Amberlyst-15 maupun limbah claybath dan geopolymer.

Produk turunannya seperti Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dan Tetraester Pentaerythritol (TEPE) membuka peluang lebih luas, dari sektor otomotif hingga farmasi.

Pemerintah telah memberikan angin segar lewat super deduction tax, potongan pajak hingga 200% bagi industri yang berinvestasi pada pengembangan SDM dan teknologi. Insentif ini memperkuat daya tarik bagi investor untuk menanam modal di Kalbar.

Analisis kelayakan menunjukkan bahwa dengan bahan baku melimpah, teknologi siap pakai, dan pasar yang terus berkembang, industri ini punya proyeksi profitabilitas yang menjanjikan. Bahkan, dengan target menguasai 30–50% pasar pelumas palsu, potensi omzetnya bisa menyentuh angka signifikan—terlebih harga jual biopelumas bisa 20–30% lebih tinggi dari pelumas konvensional.

Tantangan dan Solusi

Biaya produksi relatif tinggi dan persaingan dengan pelumas berbasis mineral jadi hambatan awal. Namun, strategi seperti integrasi dengan pabrik CPO, efisiensi produksi, edukasi pasar, dan kontrak pasokan jangka panjang dinilai mampu menepis kendala tersebut.


Lebih dari sekadar bisnis, pengembangan biopelumas sawit sejalan dengan agenda keberlanjutan. Produk yang telah memenuhi standar ISPO, RSPO, dan ISCC akan semakin kompetitif di pasar global. Kalbar bisa menjadi pionir dalam mendorong industri hijau berbasis potensi lokal.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X