kalimantan-utara

Ekspor Perikanan Mau Dibawa ke Mana?

Sabtu, 5 Januari 2019 | 10:04 WIB

TARAKAN – Ekspor perikanan di Kaltara utamanya komoditas udang belum maksimal. Beberapa persepsi yang masih ada saat ini, seperti harga tinggi, dimainkan eksportir/cold storage, dan harga ditentukan dari dalam negeri.

Persoalan lain yang membelit petambak yakni permodalan. Di antara petani banyak yang belum dapat mandiri. Mereka pun terikat kontrak tak tertulis dengan pihak-pihak tertentu seperti pengepul.

Dalam penelusuran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KKPU) menindaklanjuti keluhan sejumlah petani tambak udang menemukan sejumlah fakta lain. Persepsi di kalangan petani tambak tak sepenuhnya benar.

“Pertambakan di Kaltara pernah berjaya, harga udang selangit, tinggi. Kemudian sekarang tidak seperti dulu lagi. Yang ada di pikiran petambak, apakah perubahan itu sedemikian cepatnya, begitu signifikan? Ternyata temuan kami, harga itu selalu bergerak, dari luar ke dalam negeri,” beber Kepala Kantor Perwakilan Daerah (KPD) KPPU Balikpapan Abdul Hakim Pasaribu kepada Radar Tarakan, beberapa waktu lalu.

Indonesia bukanlah penentu harga. Sehingga sangat tergantung kondisi pasar internasional. Tergantung dari permintaan negara pengimpor, seperti Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Jepang, China dan beberapa negara Asean lainnya. “Ada pertanyaan kenapa yang turun (harga) itu, di size yang banyak dipanen? Jawabannya, produk itu banyak di situ. Harga dunia sangat memengaruhi harga domestik,” sebutnya.

KPPU juga membandingkan dengan kondisi petambak di Kalimantan Timur. Juga bertemu dengan sejumlah pengepul. Dari temuan mereka, beberapa bulan terakhir ekspor tersendat, terutama ke Jepang. Data Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), udang Indonesia mengalami perlambatan permintaan.

“Menyoal transparansi harga, ada situs yang bisa dilihat. Tetapi lebih komoditas udang, bukan per size. Size itu hanya ada di cold storage (eksportir Indonesia). Jepang itu tidak sedetail itu. Beda sama Amerika misalnya,” ujarnya.

Bukan tidak mungkin harga dalam negeri dapat diintervensi pemerintah. Kementerian Perdagangan (Kemendag), kata dia, menyarankan agar pemerintah daerah di Kaltara mempelajari yang dilakukan di Sumatera Selatan dengan menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 43/2013 tentang Pedoman Penentuan Harga Dasar Udang.

“Di Sumsel, pemerintah mengatur tentang penetapan harga di cold storage. Hampir sama dengan sawit. Itu per dua minggu ada perbaruan mengenai harga. Kalau ini mau diterapkan, bisa dipelajari. Ini tidak mungkin di level kota, harus provinsi. Sumber budi daya ini ada di banyak daerah, ada Tana Tidung, Bulungan, Tarakan sampai Nunukan,” sebut Hakim, sapaannya.

“Di India dan Thailand, membuat acuan harga terendah, pada saat panen melimpah harus mengacu harga tersebut. Tapi, kebijakan seperti ini perlu dikaji payung hukumnya. Di samping itu DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) juga harus aktif mencari harga dunia, membuat rilis update harga. Harganya ini harus dicari,” sarannya.

Diperlukan kontrol harga secara berkesinambungan sehingga saat harga tinggi, juga membawa dampak yang baik bagi petambak, berikut rantai ekonomi di dalamnya. “KPPU masih mengawasi, karena struktur oligopoli, maka kecenderungannya kartel. Kalau itu terjadi, kami masuk ke ranah hukumnya. Kami belum di situ (persaingan tidak sehat), fungsi KPPU berjalan di situ. Kita harus bedakan fungsi KPPU dan pemerintah,” kata Hakim membeberkan fokus lembaganya.

Saran lain yang disampaikan pihaknya, yakni para eksportir di Kaltara harus didorong mencari pasar baru. Hal itu juga harus diikuti dengan pengelolaan tambak yang ramah lingkungan di tingkat petani. “Seperti pasar Uni Eropa. Agak ribet syaratnya masuk ke sana. Tapi duit itu ada di sana, kenapa tidak kita mencoba. Harus berani melirik pasar lain, seperti Eropa. Selain itu, improve terhadap petambak, meninggalkan cara yang konvensional, namun tetap memperhatikan lingkungan,” kata Hakim.

Dalam pertemuan tahunan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Kalimantan Utara pertengahan Desember lalu, juga mengemukakan jika peningkatan ekonomi dapat dipacu   dengan penguatan ekspor. Secara garis besar, kekuatan ekonomi ditopang dari kepariwisataan, ekspor dan investasi.

Kepala KPw Bank Indonesia Kaltara Hendik Sudaryanto mengatakan ekspor sangat memungkinkan untuk didorong pertumbuhannya. Selama ini Kaltara telah mengekspor sejumlah komoditas. Hanya akan lebih baik lagi jika ditambahkan nilainya.

Menurutnya, ekspor perikanan yang telah berjalan dapat terus ditingkatkan. Sepanjang pasarnya ada, tidak akan menjadi masalah.

Halaman:

Tags

Terkini