kalimantan-utara

ADUH..!! Kasus Gizi Buruk di Provinsi Ini Alami Kenaikan

Sabtu, 9 Februari 2019 | 11:47 WIB

Jika sebelumnya diketahui setiap Februari dan Agustus merupakan bulan pemberian vitamin A bagi bayi dan balita. Namun, bagi Dinas Kesehatan (Dinkes) bulan tersebut justru dijadikan untuk berinovasi deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan. Tak terkecuali di Dinkes Kaltara.

RACHMAD RHOMADHANI

SUASANA Puskesmas di Ibu Kota Kaltara, Tanjung Selor sejak awal Februari ini tampak jauh berbeda. Dan perbedaan itu tak hanya pada pelaksanaan pemberian vitamin A bagi bayi dan balita yang memang rutin setiap tahunnya.

Namun, itu terlebih akan adanya penimbangan yang diperuntukan bagi bayi dan balita. Sebelum bayi dan balita diberikan vitamin A, mereka diwajibkan melakukan penimbangan terlebih dahulu di salah satu ruang yang dipersiapkan oleh petugas kesehatan.

Saat itu, satu persatu bayi dan balita dipanggil memasuki ruangan. Tampak, segala perlengkapan medis mulai dari timbangan duduk hingga alat ukur tinggi badan sudah tertata rapi di ruangan. “Selanjutnya, silakan memasuki ruangan,” ucap salah seorang petugas medis seraya berjalan ke luar ruangan untuk memastikan bayi dan balita itu ada bersama orang tuanya.

Alhasil, saat kedua orang tua bayi dan balita itu telah memasuki ruangan. Sambutan begitu hangat pun langsung diberikan oleh si petugas medis. Ini sembari mempersilakan bayi dan balita itu untuk segera duduk di timbangan yang terletak di atas meja berukuran sekitar 75 x 150 sentimeter (cm) itu.

“Nama bayi dan alamat orang tuanya ini di mana,” kata petugas medis sembari melihat berat dari si bayi dan mencatatnya.

Tak lama kemudian, petugas segera menyampaikan tentang kondisi kesehatan si bayi. Apakah perlu adanya penanganan yang lebih lanjut ataupun sebaliknya. Pasalnya, melalui penimbangan sejatinya itu dapat mengetahui tentang deteksi dini gizi pada bayi. Yaitu apakah bayi itu masuk pada kategori gizi buruk atau tidak.

Alhamdulillah anak saya sudah dicek gizinya,” ucap Fayshal orang tua dari si bayi dengan raut wajah gembira lantaran gizi dari buah hatinya cukup baik.

Dan proses penimbangan bagi bayi dan balita lainnya terus berlangsung hingga waktu istirahat tiba. Petugas tampak sigap dalam melayani segala tingkah laku dari bayi dan balita yang hendak ditimbang dan diukur tinggi badannya.

Ada yang menangis karena terlepas sejenak dari pegangan orang tuanya. Dan ada juga dengan santainya duduk manis di atas timbangan. Sehingga hal itu menambah suasana semakin riang jika melihat sosok bayi dan balita dengan imutnya duduk sembari tersenyum.

Di ruangan juga mengantisipasi bayi dan balita yang sulit untuk duduk di atas timbangan dan pengukuran. Alhasil, disediakan dua versi alat. Pertama versi duduk dan baring. Selanjutnya, versi berdiri bagi balita yang mampu berdiri dengan sendirinya.

Sementara, secara nasional dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) di tahun 2017 lalu. Di provinsi termuda di Indonesia ini terjadi peningkatan kasus gizi buruk. Yaitu dari 19,4 persen di tahun 2016 menjadi 19,8 persen di tahun 2017 untuk kategori balita usia 0 – 59 bulan. Sedangkan di 2018 data masih berporses.

Ini seperti diutarakan oleh Kepala Dinkes Kaltara, Usman. Persoalan gizi buruk sejauh ini memang menjadi persoalan nasional hingga mendapat perhatian serius. “Di tingkat nasional, capaian kasus gizi buruk Kaltara di urutan 24 dari seluruh provinsi,” ungkapnya.

Lanjutnya, persoalan lain terkait gizi yang mendapat perhatian serius adalah kasus balita pendek atau stunting. Tercatat, persentase kasus meningkat dari 31,6 persen di tahun 2016, menjadi 33,4 persen di tahun 2017.

Halaman:

Tags

Terkini