kalimantan-utara

Menyaksikan Tanah Bergeser dan Dinding Ambruk

Senin, 25 Maret 2019 | 09:50 WIB

Hujan yang terjadi sejak Sabtu (23/3) dini hari, menyebabkan tanah longsor di beberapa titik di Kota Tarakan ini. Termasuk yang di kediaman keluarga Siti Aisyah dan Krisyanti, dengan lokasi yang berbeda.

 

LISAWAN YOSEPH LOBO

 

SITI Aisyah (51), warga RT 18, Nomor 95, Sebengkok, sekitar pukul 07.00 WITA berdiri di teras rumahnya. Memang pada saat itu ada firasat bahwa teras rumahnya ini terancam longsor. Ia pun melihat-lihat sekeliling rumahnya, termasuk penyiringan di depan rumahnya itu.

“Jam 7, waktu anak-anak siap sekolah, karena masih hujan jadi belum berangkat. Saya lihat penyiringannya sudah agak maju, jadi saya bilang sama anak saya tidak lama runtuh ini. Jadi saya berdiri di teras bagian dalam, tidak lama itu di depan longsor,” jelas wanita berhijab ini.

Seketika ia berdiri tepat di belakang longsor, menyaksikan tanah bergeser disusul bunyi ambruk. Kaget dan gemetaran sembari istigfar, ia pun sempat linglung harus mengadu ke mana.

“Suami di dalam rumah, ada riwayat jantung juga jadi tidak bisa langsung dikasih tahu. Saya buka HP, di dalam ada saja nomor pak lurah, pak camat, tapi karena bingung jadi saya tidak ada lihat nomornya di HP,” katanya.

Kurang lebih 19 tahun, ia tinggal di perbukitan daerah Sebengkok ini. Diakunya, setiap hujan lebat pasti diikuti dengan perasaan waswas. Maklum, di daerahnya ini rawan longsor. Setiap tahun di saat hujan lebat, ada saja bencana longsor yang menimpa rumah warga.

Berhubung 2012 silam ada program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri (PNPM), daerah setempat disiring sekaligus semenisasi jalan. Dalam kesempatan itulah bagian depan rumahnya disiring.

Karena khawatir jika tanah terus dibasahi, akhirnya ia semenisasi seperti membuat teras lagi seluas 4x8 meter. Padahal tepat di belakangnya itu sudah ada teras rumah. “Kalau hujan memang waswas, apalagi dulu belum disiring. Tapi setelah disiring, saya semen di atasnya sekaligus jadi teras lagi, tamu-tamu juga lebih senang duduk di sini. Kita lihat sudah aman, tapi tidak tahu kondisinya seperti ini. Karena setiap ada retak saya tambal, supaya air tidak masuk ke dalam tanah,” bebernya.

Meski hanya bagian terasnya saja yang ambruk, tetapi masih menyisakan kekhawatiran mendalam. Mengingat belum memiliki anggaran, sementara ini pun hanya ditutupi terpal. Dengan harapan air tidak merembes ke dalam tanah, yang dapat menyebabkan longsor susulan.

“Kalau kita mau perbaiki, butuh puluhan juta lagi. Karena penyiringan ini yang butuh biaya besar. Semoga ada rezeki lagi. Tadi pak camat, lurah dan BPBD juga sempat ke sini. Tapi dari BPBD juga bilang belum ada dana, hanya bisa bantu tenaga, nanti dirapatkan bersama untuk mencari solusinya,” katanya.

Di lokasi yang berbeda, Krisyanti, warga RT 26, Karang Anyar, kediamannya pun ditimpa longsor. Tepat pukul 07.30 WITA, bukit di belakang rumahnya ini ambruk dan menghantam bagian belakang rumahnya. “Awalnya dengar suara bunyi, jadi langsung keluar. Masih hujan deras itu, sempat teriak dan gemetaran lihat sendiri. Tapi syukur anak-anak di dalam rumah tidak kenapa-kenapa,” jelasnya.

Padahal rumahnya ini sementara dalam pembangunan. Meski belum rampung sempurna, tetapi sudah ditinggali. Dihantam longsor dari perbukitan, alhasil dinding rumah bagian belakang ini jebol dan rusak parah. “Ini sementara dibangun, kita tinggali. Mau dapat uang dari mana lagi untuk bangun, anak-anak masih sekolah. Memang kalau hujan, selalu bersiap-siap. Biar tengah malam, kalau lebat itu kami lari ke tempat tetangga. Karena tanah di bukit belakang rumah ini, retaknya sudah besar,” katanya. (***/lim)

Halaman:

Tags

Terkini