Cuaca panas ekstrim tengah dirasakan warga Kota Tarakan dalam beberapa hari terakhir. Rata-rata per hari suhu cuaca mencapai 32 derajat Celcius, ukuran suhu yang sebenarnya tidak tergolong sangat panas.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Tarakan, Muhammad Sulam Khilmi mengatakan, fenomena cuaca panas ekstrim ini bukan disebabkan musim kemarau, melainkan karena terjadi kelembapan udara yang rendah di Tarakan.
Baca Juga: Percepatan Realisasi Swasembada Pangan, Gubernur Zainal: Tantangan dari Mentan Kita Terima
"Kota Tarakan adalah wilayah yang tidak memiliki musim kemarau, begitupun daerah Kaltara lainnya, yang terjadi adalah kelembapan udaranya rendah, makanya rasanya panas sekali," jelas Sulam, Selasa (6/5).
Dirinya menjelaskan, kelembapan udara yang di bawah normal akan menyebabkan udara tidak memiliki banyak uap air, sehingga masyarakat akan merasakan panas yang berlebih, walaupun suhu menunjukkan angka yang relatif normal.
"Saat cuaca panas, kelembapan udara yang rendah dapat memperparah sensasi panasnya, tubuh jadi perlu adaptasi lagi karena sudah terbiasa dengan tingkat kelembapan sebelumnya, padahal kalau dilihat suhunya cuma 32 atau 33 derajat itu terhitung masih normal," paparnya.
Panas menyengat yang melanda Kota Tarakan ini membuat beberapa masyarakat berkomentar keluh, terutama bagi mereka yang memiliki pekerjaan di luar ruangan.
"Udah kayak di neraka panasnya gak ketulungan lagi, kulit rasanya kebakar, harus pake jaket kemana-mana, di dalam rumah juga rasanya gerah," ujar Fahmi, seorang driver ojek online.
BMKG Tarakan mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di siang hari, dan selalu mencukupi kebutuhan cairan tubuh dengan memperbanyak minum air putih. "Kalau tidak penting jangan keluar siang-siang, karena matahari siang juga tidak sehat dan dapat membakar kulit, yang terpenting dijaga kecukupan kebutuhan cairan dengan rutin minum air putih," pesan Sulam. (*/wld)