MALINAU – Kabar gembira datang dari konservasi alam Indonesia. Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM), kembali mencatat penemuan satwa langka yang jarang terlihat di alam liar, yaitu Kuau Raja (Argusianus argus).
Satwa eksotis ini berhasil terekam melalui pemasangan camera trap di wilayah Seksi Pengelolaan TNKM oleh Polisi Kehutanan Balai TNKM, Ashari Wicaksono. Penemuan ini memperkuat status TNKM sebagai salah satu benteng keanekaragaman hayati yang penting di Kalimantan.
Status Rentan dan Dilindungi
Kuau Raja termasuk dalam keluarga Phasianidae dan saat ini berstatus Rentang (Vulnerable) dalam IUCN Red List. Burung yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018 ini tersebar di hutan hujan tropis Asia Tenggara, termasuk Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia.
Ciri khas Kuau Raja sangat unik. Bulunya berwarna coklat kemerahan dengan bintik-bintik kecil, kepala biru, dan tengkuk hitam. Burung jantan dewasa memiliki panjang bulu ekor yang spektakuler, mencapai hingga 200 cm, yang akan mekar seperti kipas saat ritual tarian musim kawin. Nama ilmiahnya, Argusianus argus, merujuk pada “ratusan mata” (ocelli) yang terlihat pada motif bulunya yang memukau.
Indikator Kawasan Hutan yang Terjaga
Kepala Balai TNKM, Seno Pramudito, menegaskan bahwa kawasan TNKM masih menyimpan banyak potensi sumber daya alam (SDA) yang belum terungkap.
"Kami beserta tim dan stakeholder teknis akan terus melakukan survei dan penelitian untuk menggali potensi-potensi SDA di dalam kawasan TNKM, sekaligus mengajak masyarakat untuk melestarikannya," ujar Seno.
Selain nilai ekologisnya, Kuau Raja memiliki makna kultural yang penting bagi masyarakat adat di sekitar TNKM. Dikenal dengan nama lokal “burung kuwai” karena suaranya yang khas (“kuwwaaaii”), keberadaan burung ini juga menjadi indikator alami bahwa kondisi kawasan hutan di TNKM masih sangat terjaga dan sehat.
Penemuan ini menjadi pengingat penting akan perlunya pelestarian satwa langka dan habitatnya di tengah tantangan konservasi yang semakin meningkat. (*)