kalimantan-utara

Puluhan Murid SD Filial Sebuku Pertaruhkan Nyawa di Sungai Rawan Buaya Demi Sekolah

Senin, 24 November 2025 | 13:30 WIB
PENDIDIKAN DI PEDALAMAN: Sekolah di Desa Pembeliangan masih menghadapi ancaman serius ketika para pelajar ingin menimpa pendidikan.

NUNUKAN – Keterbatasan akses dan sarana pendidikan di Kabupaten Nunukan mencapai titik darurat. Di Desa Pembeliangan, Kecamatan Sebuku, keselamatan puluhan murid SD Filial Sebuku menjadi sorotan serius lantaran mereka harus menempuh jalur sungai yang rawan buaya setiap hari demi mencapai ruang belajar.

Setiap pagi, anak-anak sekolah ini dilaporkan berangkat dengan mendayung sampan kecil atau menumpang perahu ketinting milik orang tua. Sungai yang menjadi satu-satunya akses cepat menuju sekolah berada di kawasan yang secara rutin dilintasi buaya, menjadikannya ancaman langsung terhadap keselamatan harian mereka.

Anggota DPRD Nunukan Dapil 4, Tri Wahyuni, menilai persoalan ini sudah masuk kategori darurat. Ia menekankan bahwa anak-anak di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) seharusnya tidak menghadapi risiko ekstrem hanya untuk memperoleh pendidikan dasar.

“SD itu SD Filial di Sebuku hampir melayani 100 murid, namun hanya memiliki empat ruang kelas. Sekolah induknya di SDN 001 Sebuku, yang jaraknya jauh dan akses daratnya sulit, ada jalur sungai yang lebih cepat tapi sungainya banyak buayanya,” ungkap Tri Wahyuni, Kamis (20/11).

Kondisi sekolah yang belum layak dan akses yang berisiko inilah yang membuat para murid dan orang tua tidak punya pilihan lain. Bahkan, tingginya risiko di jalur sungai membuat banyak orang tua memilih menyekolahkan anaknya ke SP 2 Tulin Onsoi di kecamatan tetangga. Pilihan ini diambil bukan karena lebih dekat, melainkan karena dianggap lebih aman dan memiliki fasilitas yang lebih layak.

Tri Wahyuni menyebut pihaknya telah menyalurkan anggaran renovasi pada tahun 2023, namun kondisi sekolah masih membutuhkan perhatian besar dan intervensi cepat. “Kita berbicara soal keselamatan anak-anak. Mereka setiap hari mempertaruhkan nyawa. Sementara bangunan sekolah pun belum memberikan kenyamanan belajar,” ungkapnya prihatin.

Kondisi ini mendorong seruan agar pemerintah memberikan prioritas lebih pada pembangunan sekolah yang layak dan penyediaan akses aman. Hal ini sangat krusial bagi daerah-daerah terpencil yang masih tertinggal dalam pelayanan dasar.

“Tentu harapan kita ada intervensi cepat agar anak-anak Sebuku dapat belajar tanpa harus mempertaruhkan keselamatan setiap hari,” tutup Tri Wahyuni. (raw)

Terkini