kalimantan-utara

Akses Sulit Wilayah Perbatasan: Warga Krayan Wajib Ikut Undian KTP Agar Bisa Terbang Pulang

Kamis, 11 Desember 2025 | 08:37 WIB
Warga Krayan saat undi KTP di bandara Juwata Tarakan. (DOKUMENTASI WARGA)

 

NUNUKAN – Warga Krayan, Kalimantan Utara, harus menghadapi praktik yang memprihatinkan dan tidak lazim setiap kali memasuki musim liburan dan akhir tahun: wajib mengikuti undian menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) hanya untuk mendapatkan kesempatan membeli tiket pesawat dari Tarakan menuju Krayan. Sistem undian ini menjadi solusi sementara yang sudah berlangsung lama akibat terbatasnya kapasitas pesawat dan minimnya jadwal penerbangan.

Martinus Baru, seorang warga Krayan, mengungkapkan bahwa proses undian KTP ini telah menjadi pengalaman yang sangat menyulitkan dan meresahkan bagi masyarakat.

“Jadi KTP itu dikumpulkan, dicampur di dalam kotak, lalu kita dipanggil satu per satu untuk mencabut. Kalau yang keluar KTP kita, ya dapat terbang. Kalau tidak, berarti harus menunggu lagi,” ujar Martinus ketika dihubungi pada Rabu (10/12).

Martinus juga menceritakan pengalaman pahit beberapa warga yang telah memesan (booking) tiket jauh hari untuk menghadiri suatu kegiatan di Krayan. Meskipun petugas telah memastikan pemesanan mereka aman, sehari sebelum jadwal keberangkatan, mereka tetap diwajibkan mengikuti undian.

"Ya mereka itu sudah booking jauh-jauh hari dan selalu dijawab oke sama petugas. Tapi akhirnya tetap harus ikut undian. Dari lima orang, cuma satu yang dapat tiket. Sangat miris, mau sampai kapan seperti itu?” keluhnya.

Keterbatasan kapasitas pesawat menjadi alasan utama mekanisme ini diterapkan. Pesawat rute Tarakan-Krayan hanya mampu menampung sekitar 12 penumpang, dan hanya 10 kursi yang biasanya dimasukkan dalam undian. Dua kursi sisanya disiapkan untuk kebutuhan darurat atau prioritas.

Ketidakpastian ini mendorong sebagian penumpang menggunakan strategi yang berisiko, yaitu membawa KTP teman atau kerabat, bahkan hingga lima KTP sekaligus, demi meningkatkan peluang terpilih dalam undian. Jika salah satu KTP tersebut keluar, barulah penumpang mendaftar ulang menggunakan KTP aslinya.

Konsekuensi bagi yang tidak terpilih sangat berat: harus menetap lebih lama di Tarakan, menunggu jadwal penerbangan berikutnya yang bisa berjarak satu hingga dua minggu.

“Makanya banyak itu warga Krayan takut pulang jika tidak benar-benar mendesak, apalagi yang datang dari Jakarta atau Jawa. Mereka takut terdampar lama di Tarakan karena tidak dapat tiket,” jelas Martinus.

Martinus berharap agar pemerintah daerah maupun pusat memberikan perhatian serius terhadap masalah ini. Upaya meminta tambahan penerbangan sudah dilakukan berulang kali, namun belum membuahkan hasil nyata.

"Harusnya pemerintah sudah paham bahwa penerbangan ke Krayan ini musiman. Ketika musim ramai, jadwal harus ditambah. Jangan sampai warga terus menerus mengalami kesulitan hanya untuk bisa pulang,” tegasnya. (raw/lim)

Terkini