Ustadz Yusuf tidak terkecuali. Apalagi ilmu alat (bahasa Arab dan budaya Arab)-nya kuat.
Di UI-lah Yusuf menemukan Citra Resmi. Yang kuliah di sastra Perancis. Lalu ia ejek: untuk apa belajar sastra Perancis? Mau kerja di mana?
Ejekan itu dianggap perhatian. Citra langsung pindah ke sastra Arab. Di kemudian hari keduanya menikah.
Sastra Arabnya cepat melahirkan usaha. Di samping melahirkan anak pertama. Pasangan ini mendirikan restoran Arab. Di Cepete, Jakarta Selatan. Namanya pun sangat Arab: Najma Lan Tabur. Najma adalah nama anak pertamanya. Lan Tabur artinya: tidak akan pernah merugi.
Dan benar. Bukan saja tidak pernah rugi. Justru selalu untung. Dan laris. Kian besar.
Saya ingat pernah makan di situ. Dulu. Beberapa kali.
Para diplomat Timur Tengah juga menyukainya. Yusuf pun membeli tempat yang lebih besar. Lebih strategis. Masih di Cipete. Di Jalan Raya Cilandak Barat.
Yusuf memang banyak kenal diplomat Arab. Ia sempat menjadi staf lokal di kedutaan Sudan.
Tapi Yusuf dapat beasiswa ke Inggris. Kuliah di ICAS London. Bidang studi filsafat dan mistifikasi dalam Islam.
Sebagai murid Ustadz Toto Tasmara Yusuf tidak bisa lepas dari gerakan tasawuf. Bahkan ia terjun lebih dalam. Setelah mengenal Syekh Syarif Hidayat Muhammad Tasdiq. Mursyid tarekat di situ. Pemimpin spiritual Tasawuf Center Jakarta.
Jaringan tasawuf dunia memperhatikan Tasawuf Center. Dari sinilah Yusuf tahu: tiap-tiap agama memiliki level tasawuf masing-masing. Yang tidak henti-hentinya mencari: di mana sebenarnya Tuhan berada. Tuhan yang sesungguhnya. Yang bisa membuat manusia baik. Yang mampu membikin hati damai. Yang tidak menimbulkan kekisruhan. Lahiriah maupun batiniah.
Yusuf sering berdiskusi dengan para sufi agama lain. Yang dicari sama: Tuhan sejati. Bukan Tuhan yang diperebutkan. Sampai bertengkar. Sampai saling mencaci. Sampai saling membunuh.
Ustadz Yusuf juga sering diskusi tasawuf dengan biarawati Katholik asal India: Gerardette Philips. Yang tinggal di Jakarta. Juga sering menerima tamu dari Amerika. Yang ingin membicarakan keberadaan Tuhan.
Pemikiran Yusuf soal ketuhanan dianggap sangat dalam.
Para tamu itulah yang merekomendasikan pada Paus di Vatikan. Agar memberi beasiswa pada Yusuf. Paus pun memilihnya.