• Senin, 22 Desember 2025

Pakistan

Photo Author
- Senin, 25 Maret 2019 | 06:58 WIB
-
-

Ya sudah.

Tiba-tiba saja ia juga memilihkan saya hotel. Dan sopir. Saya memang tidak mau dijemput teman. Masih terlalu bagi. Saya tahu banyak orang Pakistan bangunnya siang. Seperti di dunia Arab. Atau di Spanyol.

Sopir pun langsung siap di situ. "Saya antarkan ke hotel yang bagus dan murah," kata sopir itu. Bahasa Inggrisnya cukup bagus. 

"Tapi kalau pilihan Anda tidak baik saya tidak mau," kata saya.

"No problem," katanya.

Ternyata saya dibawa ke hotel yang jelek sekali. 

Dalam perjalanan ke hotel ini ia merasa heran. Ternyata ada orang Indonesia yang bisa berbahasa Inggris.

"Hotel ini baik sekali. Lihat dululah kamarnya," katanya. Agak ngotot.

Tapi saya juga ngotot. Dari luar saja sudah kelihatan kelasnya. Akhirnya saya unjuk gigi.

"Bawa saya ke hotel yang terbaik di Lahore," kata saya. "Kalau perlu yang bintang sembilan."

Dia heran. Orang seperti ini minta hotel terbaik. Saya pun mogok bicara. Diam. Ia ngomong apa pun tidak saya jawab.

Mungkin ia ngambek juga. Saya benar-benar dibawa ke hotel yang paling mahal. "Itu nanti mahal sekali. Apakah Anda kuat bayar?" katanya.

Saya tetap diam.

Ternyata saya dibawa ke penjara. Ke sebuah bangunan yang temboknya tinggi. Kusam. Kaku. Di atas tembok itu ada lilitan kawat berduri. Di balik tembok itu tidak terlihat bangunan pencakar langit. Yang bisa saya tafsirkan sebagai hotel termahal. Di atas tembok itu juga ada pos penjagaan. Persis di pojok-pojok penjara. Dengan penjaga bersenjata.

Ia berhenti di situ.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X