Smelter tersebut untuk lithium baterai nikel yang bahan bakunya dari Australia. Menurut Luhut, FMG menyasar PLTA karena hendak memproduksi bijih besi menggunakan energi ramah lingkungan. “Mereka mau membuat produksi yang green energy. Jadi dia pakai hydro power nanti bangun smelternya di bawah,” kata Luhut.
Luhut mengatakan, komitmen investasi itu akan kembali dibicarakan dalam kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Negeri Kanguru pada 9-10 Februari mendatang.
Di tempat sama, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan, perusahaan Forrest ingin berinvestasi di sektor green energy dan pembangkit listrik di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya yang diminati di wilayah Kalimantan Utara (Kaltara).
“Dari Australia, itu grup punya Andrew Forrest, mereka mau bangun investasi di sektor green energy dan power plant di beberapa wilayah di Indonesia. Ya salah satu di antaranya adalah Kalimantan Utara,” imbuh Bahlil.
Pihak Forrest bersama BKPM sendiri belum membicarakan nilai investasi yang akan ditanamkan. Perusahaan itu terlebih dahulu melakukan studi kelayakan mulai besok di beberapa tempat untuk melihat potensi sebelum membicarakan nilai investasi.
Bahlil juga mengatakan bahwa pihak Forrest juga belum menyampaikan permintaan-permintaan spesifik. Seperti misalnya insentif pajak. “Belum, masih umum saja. Sekalipun insentif fiskal, tax holiday, tax allowance, pajak impor barang modal sudah di BKPM, tapi belum ada permintaan itu,” tuturnya. Meski begitu, Bahlil menekankan bahwa BKPM akan terus mengawal niatan investasi dari perusahaan tersebut. (*/lim)