TARAKAN – Setelah bagasi berbayar diterapkan dua maskapai penerbangan, Lion Air dan Citilink menjadi perbincangan banyak kalangan, kini dunia penerbangan kembali heboh soal harga tiket yang melambung tinggi.
Saking dianggap mahal, petisi “turunkan harga tiket pesawat domestik Indonesia” pun dibuat. Hingga pukul 21.06 Wita malam tadi, penanda tangan petisi telah mencapai 148.220 orang. Tak hanya itu, di media sosial pun, pemberitaan mahalnya harga tiket pesawat menjadi pembahasan warganet.
Bagi warga Kaltara, kenaikan drastis harga tiket pesawat mencekik. Apalagi, ketika memiliki urusan ke ibu kota negara, Jakarta. Pengurus Baznas Tarakan, Syamsi Sarman, misalnya. Mengaku harga tiket pesawat sekarang memberatkannya.
Ketika dirinya membeli tiket pesawat tujuan Surabaya transit di Balikpapan, harganya mencapai Rp 2,5 juta. Karena ada kebutuhan, mau tidak mau dirinya terpaksa membeli dengan harga Rp 2,5 juta. Setahu dia, harga tiket Tarakan – Surabaya sekira Rp 1 juta.
“Itu tanggal 13 Desember (2018). Belum Natal itu. Saya sudah dapat Rp 2,5 juta. Saya lewat Balikpapan, Surabaya. Baliknya kebetulan tidak sampai Rp 2 juta, tapi tetap mahal,” ujar Syamsi Sarman, Sabtu (12/1).
Dia juga mengatakan, biasanya harga tiket Tarakan – Balikpapan paling mahal sekira Rp 500 ribu. Apabila saat ini harganya hampir mencapai Rp 1 juta, menurutnya, sangat mahal. Maskapai penerbangan, kata dia, boleh saja menaikkan harga, tapi tidak 100 persen. Dia menilai wajar jika kenaikan hanya 50 persen dari harga normal.
Pemerintah, lanjutnya, harus mengambil langkah-langkah agar masyarakat tidak resah dengan kenaikan harga tiket pesawat. Misal, kata dia, dengan menentukan ambang batas bawah dan atas.
“Jadi mohonlah peranan dari pihak terkait apakah pemerintah pusat atau daerah menentukan batas minimum sama batas maksimum,” ujarnya.
Syamsi juga menginginkan kehadiran lembaga perlindungan konsumen untuk ikut menyelidiki penyebab kenaikan harga tiket pesawat. Menurutnya, peran lembaga perlindungan konsumen sangat dibutuhkan agar maskapai tidak bersikap aji mumpung dengan memanfaatkan kondisi. Bahkan, lembaga terkait tidak perlu menunggu ada warga melaporkan.
Kenaikan harga tiket pesawat, juga menjadi perhatian Wali Kota Tarakan Sofian Raga. Bahkan, Sofian berencana membawa persoalan kenaikan harga tiket pesawat ini di pertemuan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi). Menurutnya, membicarakan harga tiket memang harus melibatkan banyak pihak, karena kebijakannya sampai ke pusat.
Dia juga mengatakan, kenaikan harga tiket pesawat bukan hal baru. Ia sudah sering mengingatkan kepada maskapai dalam beberapa kali pertemuan sebelumnya, terutama ketika ada hajatan besar di Tarakan untuk mengantisipasi lonjakan harga tiket. Termasuk juga di momentum hari besar keagamaan seperti menjelang Natal dan tahun baru lalu.
Sebab, kata dia, tidak hanya meresahkan masyarakat, kenaikan harga tiket juga bisa berdampak buruk pada perekonomian Tarakan. Karena sektor transportasi memegang peranan penting untuk menunjang sektor-sektor lain.
“Bukan sanggup atau tidak sanggup, tapi kita ingin kepatutan, kewajaran. Karena semua itu kan tentu ada ukurannya. Ada juga memang sudah ketentuannya kok. Informasi yang saya dapat dari Kementerian Perhubungan sudah menetapkan harga batas bawah batas atas, tinggal bagaimana yang patutnya itu, yang pantasnya, yang wajarnya,” ujarnya.
Secara terpisah, Distrik Manager Sriwijaya Air Tarakan Dandy Harianto Santosa, mengaku harga tiket yang dipatok pihaknya tidak melebihi ambang batas atas. Harga tiket yang dijual selama ini sebesar Rp 400 ribu, menurutnya, hanya harga promo saja.
“Kalau tiket kami sih masih murah. Tapi lebih tepatnya promo yang kami berikan itu sudah berkurang,” ujarnya.