• Senin, 22 Desember 2025

Proyeksi Pertumbuhan Penjualan Rumah di Tahun Ini, Stimulus Pemerintah Jadi Kunci

Photo Author
- Jumat, 2 Februari 2024 | 09:08 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Pertumbuhan penjualan rumah tahun ini diproyeksi mampu menyentuh level 11–12 persen. Sebab, pemerintah telah memberikan beragam stimulus. Di antaranya, kebijakan PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) rumah hingga harga Rp 5 miliar.

BALIKPAPAN–Pemerintah juga memberikan insentif biaya administrasi pengurusan rumah murah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar Rp 4 juta, pelonggaran rasio LTV/FTV kredit/pembiayaan properti menjadi maksimal 100 persen untuk semua jenis properti, KPR subsidi, dan lainnya.

”Stimulus-stimulus ini yang menyebabkan pertumbuhan penjualan rumah tahun ini kita harapkan mencapai 12 persen,” kata Nixon, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN), (31/1). Menurutnya, langkah stimulus yang diberikan pemerintah sebagai countercyclical buffer untuk mengatasi dampak penurunan perekonomian masyarakat telah dijalankan dengan baik oleh perbankan.

Pemulihan ekonomi telah menunjukkan perbaikan yang signifikan ke arah yang lebih baik. ”Hal ini menjadikan sektor properti masih menjadi sektor yang dapat memberikan kontribusi banyak terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia,” tutur Nixon.

Baca Juga: Tren Kenaikan Harga TBS Kelapa Sawit Berlanjut

BTN juga telah melakukan berbagai transformasi sehingga menjadi semakin dapat diandalkan, cepat, berkualitas, sehingga dapat memenuhi bahkan melampaui harapan para stakeholders Bank BTN. Menurut Nixon, gejolak ekonomi dunia pascapandemi Covid-19 dan dampak perang, perekonomian Indonesia relatif terkendali sepanjang tahun lalu.

”Dengan capaian ini, kita tetap optimistis menghadapi tantangan perekonomian global 2024 yang masih penuh ketidakpastian,” tutur Nixon.

Beberapa tantangan yang harus dicermati dilansir dari data yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan kacamata pengamat, menurut dia, di antaranya krisis global yang ditimbulkan perang Rusia dan Ukraina, pelemahan ekonomi Tiongkok, serta tensi geopolitik Timur Tengah yang menyebabkan lonjakan harga komoditas, baik energi maupun pangan yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

Baca Juga: Dukungan Energi Bersih di Ibu Kota Nusantara, PGN Siapkan Jargas Rumah Tangga, Segera Dibangun Kereta Otonom

”Pelemahan ekonomi global yang potensi tumbuhnya hanya 2,8 persen sehingga munculnya fenomena gradual disinflation atau inflasi yang turun secara lambat,” papar Nixon.

Di sisi moneter, lanjut dia, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan BI-7 Day Reverse Repo Rate untuk mengelola volatilitas nilai tukar rupiah dan pendalaman pasar keuangan, untuk mengarahkan ekspektasi inflasi dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

”Pemilihan umum (pemilu) yang akan segera terlaksana, yang berdampak pada perilaku investor yang lebih wait and see dalam melakukan ekspansi usaha. Sementara perkembangan digitalisasi dan artificial intelligent yang semakin cepat dalam mendominasi kehidupan perekonomian dunia, termasuk Indonesia,” ujar Nixon.

Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan, situasi geopolitik saat ini tidak begitu kondusif. Hal itu mengakibatkan beberapa kondisi fragmentasi baik itu dari sisi politik maupun ekonomi.

”Kita mengetahui pada saat ini mungkin sedang terjadi sebuah tensi global yang semakin meningkat khususnya karena adanya persaingan antara AS dan Tiongkok. Tiongkok saat ini telah semakin mendekati kondisi dan skala ekonomi dari AS,” jelas Pahala Nugraha Mansury.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X