“Tapi, bukan berarti tanpa kendala. Saat ini, kita tidak hanya bersaing ekspor udang beku dari dalam negeri, tapi juga luar negeri, karena pasar kita kan juga ekspor. Ada industri perikanan dari Ekuador dan Venezuela yang iklimnya sama seperti Indonesia. Mereka bisa produksi udang vaname dengan kapasitas jauh lebih besar, dan harga jauh di bawah kita,” katanya.
Selain persaingan pasar, lingkungan juga jadi tantangan. Delta Mahakam yang semakin tercemar termasuk di dalamnya faktor cuaca. Meski begitu, diakuinya Kaltim masih bisa berbangga diri dengan kualitas udang windu pola tradisional.
“Masih bersyukur meski jumlahnya berkurang. Masih bisa produksi. Makanya kita juga mengutamakan selain mutu produk yang utama diproduksi, mutu lingkungan jadi konsentrasi kami,” pungkas Dedy.
Pengembangan dan persyaratan ekspor seiring waktu juga dilakukan. Termasuk melengkapi berbagai administrasi terkait standar sertifikasi baik nasional hingga internasional. Sehingga tak jarang, perusahaan juga banyak belajar dan berkonsultasi, sekaligus melakukan sharing dengan perusahaan serupa. (ndu/k15)
RADEN RORO MIRA