• Senin, 22 Desember 2025

Mengulik Kemandirian Pesantren di Kaltim, Coba Peluang di Kebun Sawit dan Buah hingga Toko Sembako

Photo Author
- Sabtu, 23 Maret 2024 | 11:55 WIB
Salah satu usaha pesantren.
Salah satu usaha pesantren.

Jika semata hanya berharap pada sumbangan pembinaan pendidikan (SPP), tidak akan mampu memenuhi operasional. Oleh sebab itu, 8 tahun lalu Pondok Pesantren Al-Furqan Paser kembangkan kemandirian lewat perkebunan sawit dan sudah rutin panen sebulan dua kali. Peluang lain juga dilihat dari usaha sembako.

RADEN RORO MIRA, Paser

OPERASIONAL sejak 2000, kini ada sekitar 300 santri mukim di pesantren yang beralamat di Suliliran Baru, Kecamatan Pasir Belengkong, Paser. Sekitar 2016, pengurus mulai merencanakan perlu ada langkah untuk menambah pemasukan. Sebab tak bisa jika hanya mengandalkan SPP.

Selain itu, juga tak bisa terus menerus ketergantungan dari donatur. Mesti ada usaha-usaha untuk kemandirian. “Sekitar 8 tahun lalu, alhamdulillah ada sekitar 7 hektare lahan milik pondok kita tanam sawit. Alhamdulillah sudah setiap dua kali dalam sebulan panen, bisa 5-7 ton sekali panen dengan 10-12 ton dalam sebulan,” beber Herli Firdaus selaku General Admin.

Baca Juga: Mengulik Kemandirian Pesantren, Kembangkan Unit Bisnis Lewat Peternakan Sejak 1992

Berada di wilayah transmigran, sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah bekerja di perkebunan sawit. Itu juga yang mendorong Herli dan pengurus pondok lain mencoba peluang itu.

Selain itu, di sisi perawatan juga diakui Herli tidak terlalu sulit. Tidak banyak menyita tenaga. Harga buah sawit juga cukup bagus. Mereka pun memiliki pasar sendiri.

“Dua pekan sekali kita panggil masyarakat dengan sistem gaji harian untuk panen. Kemudian untuk perawatan kan enggak setiap hari, jadi misal untuk penyemprotan dan melepah (membersihkan pelepah) itu juga sudah ada masyarakat sekitar kebun yang membantu,” lanjutnya.

Hasil penjualan sawit diakui lumayan untuk mencukupi kebutuhan pondok. Lalu pada 2022, 5 hektare lahan lainnya juga coba kembali ditanami sawit. “Masih belajar buah, orang sini bilang masih buah pasir. Ada juga lahan sekitar seperempat hektare, kita coba peluang di buah. Ini masuk tahun ketiga, kita coba tanam buah kelengkeng,” sambung Herli.

Diakui sejak awal memilih jenis tanaman, pihaknya sudah menganalisa berbagai peluang dan risikonya. Kelengkeng dipilih karena termasuk jenis buah yang cukup banyak penggemar. Terlebih, kelengkeng yang banyak beredar di pasaran datang dari luar Paser.

“Kenapa enggak coba tanam sendiri. Tanamannya juga anti banting, enggak cerewet dan enggak riskan sama penyakit. Harga cukup stabil. Ada sekitar 100 pohon ditanam. Dan jenisnya ini kalau mau berbuah harus dirangsang atau di-booster dulu. Jadi keuntungannya bisa mengatur waktu panen. Dan ini sudah masuk tahap booster, semoga bisa panen segera,” papar dia.

Setahun setelahnya, mendapat bantuan inkubasi bisnis dari Kementerian Agama. Bantuan permodalan Rp 170 juta digunakan untuk membangun toko sembako beserta isinya. Posisi kios juga berada persis di pinggir jalan raya dan lokasi strategis.

Herli berpikir, harus memiliki usaha yang cepat berputar. Sembako jadi yang paling masuk akal dengan peluang tinggi. Selain suplai kebutuhan pondok, juga mulai jadi pilihan masyarakat sekitar untuk berbelanja apalagi dengan harga bersaing.

“Baru banget buka ini tokonya, sudah jalan 4-5 bulanan. Alhamdulillah jadi pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Namanya Usaha Mandiri Milik Al-Furqan Terpadu (UMMAT) atau Al-Furqan Mart,” jelasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga TBS di Kaltim Kembali Turun

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:00 WIB
X