Perubahan aturan sepak bola bakal diawali pada gelaran Piala Dunia 2026 di Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada. Sebab FIFA tengah mengkaji sejumlah usulan aturan baru yang akan diuji coba dalam turnamen ini. Tiga di antaranya dianggap paling kontroversial dan berpotensi mengubah cara bermain, menonton dan memahami pertandingan sepak bola.
Berikut adalah perubahan utama yang tengah dibahas FIFA menjelang penyelenggaraan Piala Dunia 2026, seperti dilansir dari laman Bein Sports pada Minggu (3/8/2025).
Baca Juga: Rumah Cicilan Sejutaan Masih Ada, Lebih dari 7.100 KPR Subsidi BTN Bisa Diakses Warga Kalimantan
1. Penghapusan Rebound dalam Tendangan Penalti
FIFA mempertimbangkan penghapusan rebound dalam tendangan penalti dalam pertandingan reguler. Jika tendangan penalti gagal, baik karena ditepis kiper atau mengenai tiang gawang, permainan akan langsung dihentikan. Bola tidak dapat dimainkan kembali oleh penyerang dan permainan dilanjutkan dengan tendangan gawang. Usulan ini menyerupai format adu penalti yang saat ini hanya digunakan di akhir pertandingan. Tujuannya adalah menjadikan penalti sebagai hukuman yang lebih pasti dan dramatis.
2. Perluasan Wewenang VAR
Usulan lainnya adalah memperluas cakupan penggunaan VAR dalam pertandingan. Saat ini, VAR hanya berlaku untuk situasi gol, penalti, kartu merah langsung dan kesalahan identitas.
Nantinya, VAR bisa digunakan untuk memeriksa lemparan ke dalam, tendangan sudut, tendangan gawang, hingga potensi kartu kuning kedua.
Perubahan ini bertujuan meningkatkan akurasi keputusan wasit dan mengurangi kesalahan yang berdampak besar. Namun, banyak yang khawatir hal ini akan mengganggu kelancaran dan ritme permainan.
3. Menambahan Waktu Istirahat Minum
FIFA juga mengkaji penambahan waktu istirahat minum dari dua menjadi empat kali dalam satu pertandingan. Istirahat tersebut direncanakan berlangsung pada menit ke-15, ke-30, ke-60 dan ke-75.
Alasan utama adalah menjaga kebugaran pemain, terutama dalam cuaca ekstrem. Namun, waktu istirahat itu juga berpotensi digunakan untuk iklan dan promosi komersial. Hal ini menuai kritik karena dianggap terlalu mencampurkan aspek bisnis dalam pertandingan olahraga. (upi)