TOKYO – Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) dikabarkan tengah serius mempertimbangkan langkah mengejutkan untuk keluar dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan memprakarsai pembentukan Federasi Asia Timur yang baru. Wacana ini mencuat di tengah meningkatnya kekecewaan Jepang terhadap pengelolaan AFC yang dinilai sarat dengan kepentingan tertentu dan kurangnya transparansi.
Kabar ini pertama kali diembuskan oleh media Irak, UTV, yang menyebut adanya gerakan internal di tubuh JFA. Kekecewaan Jepang didasarkan pada anggapan bahwa keputusan-keputusan di AFC saat ini terlalu condong menguntungkan negara-negara Teluk, terutama karena adanya pengaruh finansial besar dari Qatar.
Pemicu Utama: Standar Ganda di Kompetisi Klub
Salah satu pemicu utama yang membuat JFA merasa frustrasi adalah keputusan kontroversial yang dikeluarkan AFC terkait kompetisi antarklub, khususnya AFC Champions League Elite (ACLE).
Jepang menyoroti insiden yang menimpa klub mereka, Vissel Kobe. Meskipun Shandong Taishan (Tiongkok) mundur dari kompetisi, AFC tetap menjatuhkan denda sebesar $10.000 kepada Vissel Kobe atas keributan yang terjadi antara pemain dan staf kedua tim dalam laga sebelumnya.
Keputusan yang dianggap menerapkan standar ganda dan tidak adil tersebut memicu kritik tajam dari komunitas sepak bola Jepang, yang menilai AFC tidak lagi independen dalam mengambil keputusan.
Dampak pada Tim Nasional dan Ketidakseimbangan Kompetisi
Selain masalah di tingkat klub, JFA juga menyoroti dampak buruk dari sistem dan jadwal kompetisi AFC terhadap pemain Tim Nasional Jepang, termasuk para bintang mereka yang bermain di Eropa seperti Takefusa Kubo.
JFA merasa ketimpangan dalam penentuan lokasi pertandingan dan format kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia juga merugikan, dengan semakin terpusatnya putaran akhir kompetisi di kawasan Timur Tengah.
Jika rencana pembentukan Federasi Asia Timur terealisasi, hal ini akan menjadi babak baru yang mengguncang peta kekuatan sepak bola Asia. Beberapa laporan menyebutkan bahwa sejumlah negara lain, termasuk Irak dan bahkan Indonesia, juga tertarik bergabung dalam gerakan untuk mencari struktur konfederasi yang dianggap lebih adil. Direktur JFA belum memberikan pernyataan resmi mengenai rumor ini, namun wacana tersebut menjadi sinyal kuat bahwa negara-negara di luar kekuatan tradisional Asia Barat merasa perlu adanya reformasi besar-besaran di tubuh AFC. (*)