• Minggu, 21 Desember 2025

Refleksi September Hitam di UINSI Samarinda: Seruan Mahasiswa Syariah untuk Pengungkapan Kebenaran dan Penegakan HAM

Photo Author
- Kamis, 18 September 2025 | 17:46 WIB

 

Kegiatan refleksi yang diadakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Syariah UINSI Samarinda di depan gerbang kampus merupakan langkah penting dalam menjaga ingatan kolektif terhadap peristiwa kelam yang terjadi pada bulan September dan mengingat tragedi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang masih meninggalkan luka dalam sejarah bangsa. Melalui refleksi ini, mahasiswa menunjukkan kepedulian dan tanggung jawab moral untuk tidak melupakan sejarah demi mendesak penegakan keadilan bagi para korban.

September Hitam merupakan momentum penting bagi bangsa Indonesia untuk mengingat kembali berbagai peristiwa kelam pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi dalam sejarah. Kegiatan ini bukan sekadar aksi berkabung, melainkan bentuk perjuangan kemanusiaan yang menuntut negara bertanggung jawab atas kegagalan melindungi rakyatnya dan menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM yang belum tuntas hingga kini.

Sejarah bangsa Indonesia diwarnai banyak tragedi di bulan September, seperti Tragedi 1965 yang melahirkan genosida politik, Tragedi Tanjung Priok 1984, Peristiwa Semanggi 1999, pembunuhan aktivis Kakanda Munir Said Thalib 2004, hingga kekerasan dalam aksi-aksi reformasi dan juga kejadian kekerasan baru-baru ini. Peristiwa-peristiwa itu menunjukkan wajah gelap negara yang belum mendapat keadilan bagi korban dan keluarganya.

Kegiatan September Hitam juga menyoroti praktik kekerasan aparat yang terus terjadi dan diwariskan turun-temurun. Penangkapan sewenang-wenang, pembungkaman suara kritis, dan kriminalisasi gerakan masyarakat sipil adalah indikasi nyata bahwa negara masih mengabaikan martabat manusia. Ironisnya, pelaku pelanggaran HAM justru sering duduk dalam lingkar kekuasaan, sehingga penegakan hukum menjadi terhambat dan luka sejarah terus terbuka.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa dan masyarakat sipil menyerukan negara untuk membuka semua kasus pelanggaran HAM tanpa kecualian, menghentikan kekerasan aparat, memulihkan hak korban secara material dan immaterial, serta mengadili pelaku pelanggaran HAM berat. Penegakan hukum yang tegas dan penghormatan terhadap prinsip demokrasi serta rule of law adalah kunci masa depan demokrasi Indonesia yang lebih baik.

Dengan melawan lupa, kegiatan September Hitam mengingatkan kita bahwa keadilan dan kebenaran harus ditegakkan demi kemanusiaan dan masa depan bangsa. Suara warga yang masih terus bersuara adalah harapan agar negara memenuhi kewajiban konstitusionalnya, sehingga demokrasi Indonesia dapat berjalan dalam keadaan yang bermartabat.

Refleksi September Hitam yang dilaksanakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Syariah UINSI merupakan bukti nyata bahwa mahasiswa tidak hanya fokus pada dunia akademik, tetapi juga berperan aktif dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan berkontribusi pada perubahan sosial yang lebih adil di Indonesia. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X