hiburan

Resensi Buku Buat Apa Rindu Kau Terjemahkan

Senin, 24 November 2025 | 14:32 WIB
Naufal Raghip An-Nabih. (IST)

Buku ini memang menyediakan tema yang raw dan abstrak tetapi ini menjadi sebuah tantangan bagi pembaca, kenapa? Karena hal ini pembaca memerlukan lebih banyak waktu dan effort agar dapat mendalami setiap makna yang terkandung pada suatu diksinya contoh, di dalam diksi yang bernama “SETELAH SANDY SONDORO MENIKAH” pada bait pertama yang berbunyi “Puisi tak lagi tertulis cinta, abjad menjadi sekam, segala rima lesap-larik larik terkutuk”. Sifatnya yang ekspresif itu menuntut kita sebagai pembaca buat butuh waktu yang lumayan lama hanya untuk mendalami setiap makna yang ada di dalam pilihan kata puitisnya. Konsekuensinya, kita sering kesulitan saat mencoba menyusun dan menghubungkan kata-kata itu biar bisa menangkap maksud utuh yang ingin disampaikan oleh penulis.

Kesimpulan

Buku Unis Sagena ini benar-benar menonjol lewat orisinalitas ekstrem dan tema yang dikemas secara unik dan bernuansa konseptual. Walaupun gaya puitisnya menuntut kesabaran dan effort ekstra untuk menafsirkan arti initnya, karya ini justru efektif melatih kekritisan berpikir pembaca. Lebih dari itu, buku ini memperkaya kosakata unik yang berbobot sastra, membuat wawasan verbal kita bertambah. Intinya, ini adalah ledakan ekspresif yang berhasil menyatukan gejolak batin penulis dengan isu sosial yang relevan, Kompleks, menantang, dan sangat membekas.

Seperti yang saya katakan, buku ini menyimpan makna filosofi dan seru umtuk dibahas. Karena judulnya sudah pasti mengarah ke romansa, otomatis topik "cinta" jadi salah satu pusatnya. Secara filosofi, kita tahu, kalau cinta itu murni urusan subjektif. Melalui puisi-puisi Unis Sagena, kita jadi mengerti bahwa cinta itu bukan seperti template atau rumus yang sama untuk semua orang. Penulis mengajak kita melihat cinta sebagai pengalaman batin yang liar, bukan definisi baku dari kamus mana pun. Puisi ini berhasil membongkar bahwa makna sejati cinta itu 100% tergantung pada bagaimana hati dan mindset kita merasakannya, semua tergantung interpretasi personal. Jadi, saat baca buku ini, kita seperti sedang meditasi serius yang memaksa kita menjawab, sebenarnya cinta itu apa sih untuk saya? Ini bukan sekadar baca cerita, tapi adu argumen filosofis antara kita dan kata-kata penulis.

Secara pribadi, puisi yang paling saya gemari dalam karya tulis ini berjudul “musim gugur bersamamu” terutama pada bait terakhir yang berbunyi ”Tapi cintaku padamu tidak bermusim, Sayangku. sepanjang kita duduk bersisian seperti ini, menunggu musim berganti hingga musim semi menjelang bunga-bunga kembali berseri, berdua saja kita, lebur dalam musim” karya ini sangat relate dengan cerita asmara yang saya jalani dengan seorang mahasiswi yang sudah saya kenali lama sebelum duduk di bangku perkuliahan. Saya harapkan walaupun perjalanan asmara ini akan sekering musim panas yang melanda kota furnace creek atau sedingin kota Yakutsk pada saat musim dingin. Tetapi, akan ada waktunya hubungan asmara ini akan terasa seperti hangat yang menyelimuti Amsterdam di kala musim semi.

Resensi ini ditulis oleh Naufal Raghip An-Nabih, yang biasa dikenal sebagai Naufal atau Raghip, adalah seorang mahasiswa baru Hubungan Internasional di Universitas Mulawarman. Ia besar di Balikpapan dan sedang menmpuh pendidikan serta mencoba menjadi salah satu mahasiswa yang aktif di bangku perkuliahan. Minatnya dalam dunia literasi tumbuh ketika ia masuk ke dunia perkuliahan dengan banyaknya pengetahuan yang diperoleh dari dosen-dosenya, Raghip menjadi semakin haus akan pengetahuan-pengetahuan yang ada didalam buku-buku, terutama buku yang berbau ilmu sosial atau filsafat. Raghip yakin bahwa salah satu cabang pengetahuan yang paling relevan, akurat, dan efektif di masa modern ini adalah pengetahuan-pengetahuan yang tertulis didalam buku. Walaupun di zaman modern ini sudah banyak media-media yang menyiapkan informasi secara instan, tetapi menurut Raghip, dengan membaca buku kita tidak hanya menyerap informasi secara cuma-cuma tetapi juga mempelajari, mendalami, dan melatih kekritisan kita. (*)

Halaman:

Tags

Terkini

Resensi Buku Buat Apa Rindu Kau Terjemahkan

Senin, 24 November 2025 | 14:32 WIB