kalimantan-timur

Kabut Asap yang Selimuti Berau, Bisa karena Kiriman, atau Faktor Alam

Rabu, 4 Oktober 2023 | 21:23 WIB
DISELIMUTI KABUT: Berau saat ini kembali diselimuti kabut asap, yang membuat jarak pandang menjadi menurun. Beruntung hal itu tidak sampai meng-ganggu aktivitas penerbangan seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.

TANJUNG REDEB – Dalam beberapa hari terakhir, Berau kembali diselimuti kabut asap. Hal itu diduga dampak dari kebakaran hutan dan lahan yang masih kerap terjadi.

Menurut, Forecaster Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau, Reygik Riskianera Himawan, berdasarkan hasil pantauan citra satelit pada Selasa (3/10) sekira pukul 12.00 Wita, jarak pandang mencapai 3,5 sampai 7 kilometer. "Jarak pandang mendatar yang teramati antara 3.5 sampai 7 km." katanya.

Adapun berdasarkan rekapitulasi data hot spot harian tanggal 1 Oktober lalu, tercatat ada 9 titik panas di wilayah Berau dari total 100 titik hotspot di wilayah Kalimantan Timur.

Disinggung pengaruh soal jarak pandang kian menurun terhadap aktivitas Bandara Kalimarau, Teluk Bayur, Reygik menjelaskan kalau saat ini aktivitas penerbangan dan pendaratan pesawat masih lancar. "Masih normal beroperasi," sebut dia.

Adanya penurunan jarak pandang juga diakui Kepala Cabang Pembantu Airnav Berau, Muhammad Iwan. Meski begitu sebutnya, jarak pandang masih dalam batas aman. “Masih aman. Dan pesawat beroprasi seperti biasa,” katanya.

Ia mengungkapkan, jika jarak pandang semakin berkurang, maka bisa saja operasi bandara ditutup, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. “Bisa saja (penutupan aktivitas, red), jika jarak pandang sudah benar-benar di bawah 3,5 Km,” paparnya.

Sementara Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat, menyatakan, terdapat beberapa kemungkinan asal kabut yang menyelimuti langit Bumi Batiwakkal tiga hari belakangan ini.

Pertama, akibat dari kebakaran hutan dan lahan. Meskipun intensitas Karhutla saat ini telah menurun, tak menutup kemungkinan asap tetap membumbung ke langit. Dampak dari bakaran itu juga, membuat mineral di dalam bumi yang panas kobaran api, kemudian didinginkan oleh hujan yang mengguyur Berau dalam sepekan belakangan ini.

"Jadi setelah panas yang memuncak, disiram air makanya kabut otomatis keluar dari dalam bumi, menuju udara," ujarnya.

Kemungkinan lainnya, terdapat potensi asap karhutla di wilayah tetangga alias Kabupaten Kutai Timur yang diketahui memiliki titik panas paling banyak di Kaltim. "Ada juga kemungkinan di situ (kiriman, red). Memang kemarau yang cukup panjang kerap terjadi kebakaran hutan. Tapi secara nasional potensi itu ada di Kalbar, tidak mungkin kirim asap ke Berau ini," ujar dia.

Dia juga menyebutkan, terdapat potensi penguapan dari batu bara yang telah digali. Baru bara yang telah digali oleh perusahaan kemudian terpapar panas dan terkena hujan, sehingga asap menguap ke langit.

"Jadi potensi itu juga ada. Kondisi saat ini sudah semakin membaik belum ada potensi ke depan akan bertambah," ujarnya.

Dirinya pun mengimbau, agar warga secara sadar membawa alat pengaman diri alias APD seperti masker saat beraktivitas di luar ruangan. Sebab, kabut yang ada saat ini tetap memiliki potensi bahaya bagi kesehatan. "Semoga kondisinya terus membaik, kabut hilang dari langit Berau," tutupnya. (hmd/sam)

Tags

Terkini