kalimantan-timur

Indonesia Harus Jadi Negeri Akademis

Senin, 27 November 2023 | 20:44 WIB
FOTO BERSAMA: Guru Besar Universitas Hasanuddin Makassar, Profesor Anwar Mallongi, saat foto bersama Ketua GPMB Berau, Muhammad Ichsan Rapi, dan civitas akademik UMB dalam Coaching Clinic Penulisan Karya Ilmiah, Sabtu (25/11).

TANJUNG REDEB - Dalam rangka meningkatkan komptensi menulis khususnya sebuah karya ilmiah, Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Berau bersama Icshan Rapi Institute menggelar pelatihan peningkatan kompetensi penulisan artikel ilmiah, dengan menggandeng Guru Besar Universitas Hasanunddin Makassar, Profesor Anwar Mallongi di Universitas Muhammadiyah Berau (UMB), Sabtu (25/11).

Profesor Anwar Mallongi merupakan salah satu Guru Besar Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar yang didaulat sebagai pengajar yang mampu menerbitkan karya ilmiah pada jurnal terindeks Scopus, yang menjadi salah satu sumber data literatur ilmiah berupa jurnal internasional bereputasi yang dimiliki dan dikelola oleh Elsevier.

Menurut Anwar, kemampuan menulis dinilai sangat penting dimiliki oleh insan pendidikan baik guru, dosen, hingga mahasiswa.

Apalagi kemampuan menulis itu bisa disalurkan dengan membuat artikel ilmiah yang bisa diterbitkan pada jurnal dengan taraf internasional dan bereputasi seperti Scopus.

“Umumnya yang diakui di Indonesia itu yang terindeks Scopus, lainnya ada web sains. Ini lebih utama Scopus, karena yang terindeks di Scopus ada jurnal cukup banyak,” jelasnya.

Sebagai pengajar dan guru besar, Anwar menyebut pentingnya hal tersebut. Sebab, saat ini Indonesia harus dilihat sebagai negeri yang akademis.

Satu ciri yang kuat sehingga bisa menggambarkannya, adalah dengan memiliki penelitian. Tak sampai di penelitian saja, hal itu perlu terpublikasi sehingga seluruh dunia bisa mengaksesnya. Oleh karenanya, Anwar menilai perlu ada upaya diseminasi atau penyebarluasan gagasan tersebut di dunia maya.

“Jadi harus diseminasikan ke dunia lewat dunia maya itu di internet. Karena kalau kita simpan saja hasil penelitian di perpustakaan tidak ada yang baca. Harus dipublikasi lewat internet,” terangnya.
Sehingga, siapa pun yang membutuhkan referensi bisa mengakses dengan mudah. Baik untuk bahan referensi di bidang manajemen, kesehatan, hingga ekonomi. Ketika terpublikasi pada jurnal terindeks dan bereputasi, akan menjadi rujukan dan referensi orang lain dalam skala internasional untuk diteliti lebih dalam.

“Mahasiswa Pascasarjana wajib publikasi, dosen harus publikasi, guru sebaiknya juga publikasi, mahasiswa sarjana harus belajar lebih dini. Apalagi mereka yang lanjut ke pascasarjana nantinya, sehingga tidak kaget,” paparnya.

Tahun ini sendiri, Anwar sudah melakukan publikasi 32 Scopus. Bahkan dirinya masuk dalam jajaran 13 dosen Unhas dengan jumlah publikasi terbanyak di tahun 2020 silam, dan menempati urutan 40 besar dalam skala nasioal.

“Untuk Berau sebenarnya banyak hasil penelitian, tapi hanya menghiasi rak saja. Jadi kurang dikenal Berau sebagai wilayah yang terdidik,” terangnya.

Itulah mengapa Anwar menilai pelatihan serupa dinilai sangat penting untuk meningkatkan kapasitas SDM Berau. Bahkan menurutnya, setidaknya setiap 6 bulan sekali bisa dilaksanakan dengan peserta terbatas untuk memaksimalkan ilmu yang disalurkan.

Apalagi hal ini tidak sekadar kemampuan menulis saja. Dalam penulisan artikel ilmiah, penulis ditekankan berfikir kritis dalam menanggapi isu di sekitarnya. Tak cukup kritis, tetapi juga mencoba merumuskan solusi dengan metode ilmiah yang tepat.

“Misalnya mampu berfikir secara kritis, dia juga mampu membaca situasi di sekitar dia. Penelitian dilakukan karena ada masalah, dari masalah inilah kita rumuskan metode yang cocok untuk selesaikan masalah tersebut,” paparnya.

Halaman:

Tags

Terkini