SAMARINDA – Fenomena menghilangnya ubur-ubur di Pulau Kakaban, Maratua beberapa waktu lalu menyebabkan pemerintah melakukan penutupan. Langkah cepat itupun mendapat apresiasi Sekretaris Dinas Pariwisata (Dispar) Kalimantan Timur, HM Irvan Rivai.
“Tentu kami mengapresiasi, langkah cepat dan cekatan untuk menutup. Sehingga, dilakukan berbagai upaya saat ini,” terangnya saat diwawancara awak media ini. Menurut Irvan, kunjungan wisatawan pada libur Natal dan Tahun Baru yang lalu begitu tinggi. Antusias masyarakat berlibur memang dinilai cukup banyak. “Kebetulan saya juga akhir tahun kemarin di Maratua, dan memang wisatawan melimpah,” jelasnya, Selasa (9/1). Pada hari-hari biasa, saat kunjungan wisatawan berada pada level normal, ia mengungkapkan ubur-ubur mudah ditemui di Pulau Kakaban.
Berbeda saat musim libur, di mana danau ubur-ubur itu layaknya kolam renang yang dipenuhi para wisatawan. Irvan menilai sebagai hal positif terkait kunjungan wisatawan. Namun, di lain sisi, pembatasan memang sudah seharusnya diterapkan untuk mengontrol datangnya wisatawan. “Memang penuh sekali, seperti kolam renang. Keputusan pemerintah sudah bagus dengan cara menutup sementara,” ujarnya.
Ke depan, ia menilai akan lebih baik pemerintah daerah bisa memetakan Pulau Kakaban, untuk membagi wilayah yang bisa dikunjungi wisatawan atau tidak. Sehingga, kunjungan bisa lebih terkendali dan terpantau. “Mungkin bisa diterapkan nanti, kunjungan itu dikendalikan. Misal per hari berapa wisatawan yang bisa berkunjung. Ini sebagai bentuk pemulihan,” terangnya.
Dirinya berharap, permasalahan ubur-ubur akan menemui titik terang. Terlebih pihaknya hingga kini belum memutuskan untuk bertindak lebih lanjut. Namun, penutupan sementara yang dilakukan sudah cukup baik. Ke depan, dirinya mendorong pengetatan kunjungan mengingat Pulau Kakaban merupakan wilayah konservasi. “Ya kita kembalikan sebagai wilayah konservasi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Disbudpar Berau, Ilyas Natsir menyatakan, ditutupnya lokasi wisata tersebut lantaran pihaknya mendorong dilakukan penelitian lebih lanjut, terkait fenomena yang terjadi di dalam danau tersebut. Sehingga area tersebut perlu disterilkan lebih dulu.
“Harus steril dulu untuk penelitian, kami tidak ingin jika ada wisatawan akan memengaruhi hasil kajian,” tegasnya. Ia melanjutkan, demi mendukung penelitian tersebut, pihaknya bakal melibatkan peneliti dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). Tim bakal terjun langsung ke Danau Kakaban, untuk mengambil sampel air dan ubur-ubur untuk jalani uji laboratorium. “Ini demi keberlangsungan hidup biota laut, ubur-ubur langka itu,” ujar Ilyas. (sen/arp)