Siapa pun yang berdiam diri atasnya, sama saja dengan membunuh hati nurani dan tanggung jawabnya sebagai civitas akademika. Sebab, habit civitas akademika adalah kepekaannya terhadap persoalan di sekelilingnya. Dalam sebuah pidatonya yang berjudul, “Tanggung Jawab Moral Kaum Inteligensia”, Muhammad Hatta memberikan pesan bagaimana seharusnya kaum intelektual bersikap.
Menurut Hatta, kaum inteligensia Indonesia memiliki tanggung jawab moral terhadap perkembangan masyarakat. Sebab, berdiam diri adalah bentuk pengkhianatan terhadap kemanusiaan. Oleh karena itu, moral publik yang harus terus dijaga. Dikembangbiakkan di setiap kepala manusia yang masih berpikir waras. Civitas akademika harus mendobrak dinding kampus dan bersenyawa dengan realitas di luar sana, realitas masyarakat yang menagih solidaritas kita.
Civitas akademika itu tidak hanya bertugas memupuk ilmu dan pengetahuannya, tapi juga harus menggairahkan sisi kemanusiaannya. Civitas akademika dituntut untuk berempati terhadap setiap persoalan yang dihadapi oleh rakyat banyak. Kampus harus terus bergerak sebagai bagian dari tugas sejarahnya sebagai intelektual publik. Kampus harus terus bersikap kritis terhadap kekuasaan, bukan justru membebek terhadapnya.
Meminjam istilah Noam Chomsky dalam karya monumentalnya yang berjudul, “The Responsibility of Intellectuals”, kaum intelektual harus berada dalam posisi untuk mengungkap kebohongan pemerintah, untuk menganalisis tindakan sesuai dengan penyebab dan motif mereka, dan sering kali memiliki niat yang tersembunyi. Teruslah bergerak! (riz/k15)