Kondisi beras di pasaran diharapkan kembali normal. Baik itu dari sisi harga maupun pasokan atau suplai seiring sejumlah daerah sudah memasuki musim panen.
BALIKPAPAN–Di tengah menyusutnya areal sawah di Kaltim imbas persoalan irigasi dan alih fungsi lahan, kondisi lahan baku sawah Benua Etam rupanya masih lebih baik dibanding provinsi lainnya di Kalimantan. Menukil data Kementerian ATR/BPN, pada 2019 lahan baku sawah Kaltim seluas 41.406 hektare. Sementara luas tanam musim Oktober 2022 hingga Maret 2023 (Okmar) mencapai 41.479 hektare. Kemudian untuk luas tanam musim Oktober 2023 hingga Februari 2024 (Okfeb), meningkat jadi 56.836 hektare.
Selisih 14.636 hektare ini membuat Kaltim menjadi satu-satunya provinsi di Kalimantan yang surplus. Sementara Kalimantan Barat (Kalbar), minus 53.944 hektare antara luas tanam musim Okmar dan Okfeb. Lalu Kalteng juga minus 35.698 hektare, Kalsel minus 45.423 hektare, dan Kaltara juga minus 3.144 hektare. “Terima kasih juga Kaltim. Ini jarang hijau, sekarang hijau. Dan ini 14 ribu hektare capaian Okfeb-nya,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementan Suwandi.
Dia menerangkan, pada Maret tahun lalu, luas tambah tanam di Indonesia adalah 1,05 juta hektare. Sedangkan target LTT pada Maret 2024, 2,2 juta hektare. Target ini sudah didetailkan untuk setiap provinsi hingga per kabupaten/kota untuk dikejar capaiannya. “Kalau tidak tercapai, ini repot. Darurat pangan berat. Jadi mohon tim Satgas Darurat Pangan di pusat sampai seluruh UPT di daerah, beserta para kadis (kepala dinas) provinsi dan kadis kabupaten/kota supaya segera bergerak. Mendata di lapangan untuk mencari lokasi-lokasi prioritas yaitu PAT (Perluasan Areal Tanam),” pintanya.
Selain itu, bagi daerah yang sudah panen bulan Februari lalu, dia meminta harus sudah melakukan penanaman pada minggu pertama Maret ini. Lalu memasuki minggu kedua Maret, harus sudah tanam semua. “Karena menurut data BMKG, masih ada air pada bulan Maret dan April. Terus bulan April dan Mei ini sudah mulai berkurang airnya. Karena masuk musim kemarau. Jadi langkah yang pertama mengejar LTT reguler adalah jarak panen ke tanam maksimal 10 hari. Dengan maksimal 14 hari sudah paling telat semai,” jelasnya.
Apabila kegiatan percepatan tanam yang dipanen Februari, lalu minggu kedua Maret dilakukan penanaman, maka pada Maret ini, diperkirakan hasil panen nanti sudah lebih dari 1,5 juta hektare di seluruh Indonesia. Untuk menggenjot hal itu, pihaknya akan memberi stimulan ke daerah. “Stimulan bahan bakar untuk traktor benih-benih secukupnya di lokasi-lokasi yang siap benihnya. Kemudian bahan bakar untuk pompa-pompa, supaya disiapkan benihnya,” jelasnya.
Untuk diketahui, Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik sebelumnya mengungkapkan jika dalam beberapa tahun terakhir, luas sawah di provinsi ini menyusut karena persoalan irigasi dan alih fungsi lahan. Kondisi tersebut dialami tiga daerah yang selama ini menjadi lumbung beras Kaltim. Yaitu Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara (PPU), dan Kutai Kartanegara (Kukar). Dia mencontohkan, di Kabupaten PPU tercatat lahan pertanian hanya menyisakan 6 ribu hektare. Dari luasan sebelumnya sekira 8 ribu hektare.
Sementara di Kabupaten Paser, penyusutan lahan pertanian menyisakan 11 ribu hektare dari luasan sebelumnya sekira 12 ribu hektare. “Karena petani kesulitan air akhirnya mereka beralih menanam sawit. Di Kukar juga begitu. Dari 18 ribu hektare lahan pertanian, saat ini terancam sawit dan tambang. Ini tentu saja menjadi ancaman,” ungkap Akmal.
Akhir-akhir ini, kondisi pangan Indonesia dinilai masih belum membaik. Bahkan kondisi terakhir mengacu musim tanam padi periode Oktober-Maret (Okmar), Indonesia kekurangan sekira 1,9 juta ton beras. Sehingga pada Maret ini, Kementerian Pertanian (Kementan) harus melakukan akselerasi. Apabila gagal mengeksekusi produksi beras dalam empat bulan ke depan, maka akan menjadi masalah nasional. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan, kondisi musim tanam Okmar ini tidak pernah terjadi dalam sejarah pangan Indonesia.
Di mana sektor pertanian Indonesia masih minus 1,9 juta yang setara dengan 7,9 juta ton beras. “Kita harus membayar dalam artian kita harus menanam di bulan Maret, April, Mei, Juni sampai Agustus itu di atas daripada rata-rata nasional yang sebelumnya. Kalau tidak, ini bisa membuat kita sulit. Karena negara lain juga mengalami hal serupa,” katanya pada Rapat Koordinasi (Rakor) Darurat Pangan Upaya Khusus (Upsus) Akselerasi Produksi Padi dan Jagung Maret 2024 secara daring, Sabtu (9/3) lalu.
Menurutnya, persoalan pangan di Indonesia saat ini adalah ketika terjadi kekurangan beras, negara lain tidak mengekspor berasnya. Dengan alasan, menahan lantaran juga terkena dampak el nino. “Seperti sekarang India menahan. Pakistan menahan. Beberapa negara, ada 22 negara menahan. Oleh karena itu, kita menjadi ujung tombak pangan di republik ini,” ungkap dia.
Oleh karena itu, Andi Amran Sulaiman mengajak TNI, Kemendagri, Kepolisian untuk bahu-membahu menyelesaikan masalah ini. “Saudaraku semua dari Sabang sampai Merauke, kita turun ke sawah. Memastikan bahwa kita bisa meningkatkan penambahan areal tanam. Khususnya gerakan pompanisasi dan pipanisasi. Kemudian oplah (optimalisasi lahan),” ajak dia. Dia juga memerintahkan agar semua sungai, embung, atau bendungan yang sudah dibangun segera dialiri untuk kebutuhan pertanian. Kemudian, menambah areal tanam dengan menggunakan padi gogo atau padi ladang. Selanjutnya, optimalisasi lahan (oplah) rawah yang ada. Kementan menargetkan 400 ribu hektare. Dan untuk padi gogo seluas 500 ribu hektare. Langkah lainnya adalah mencetak sawah kurang lebih 1 juta hektare.
“Kalau ini bisa kita realisasikan, insyaallah kita tidak akan kesulitan pangan tahun ini. Maupun beberapa tahun ke depan,” katanya. (kip/riz/k8)