kalimantan-timur

Krisis BBM di Kutai Barat Dipicu SPBU Terbakar

Senin, 15 April 2024 | 18:15 WIB
DISERBU WARGA: Tidak hanya SPBU yang melayani BBM bersubsidi, antrean panjang juga terjadi di salah satu Pertashop di Kompleks Perkantoran Bupati yang hanya menjual pertamax dan dexlite.

 

 

SENDAWAR - Pasokan BBM ke Kubar berkurang tak seperti biasanya. Ini akibat tak beroperasinya SPBU Belintut Ngenyan Asa usai kebakaran beberapa waktu lalu. Imbasnya warga sulit mendapatkan BBM.

Kondisi ini mulai terjadi sepekan menjelang Idulfitri 1445 Hijriah. Bahkan beberapa SPBU dan Pertashop di kawasan ibu kota kabupaten sudah tutup sekitar pukul 11.00 pagi karena kehabisan stok. Padahal, pihak SPBU mengaku mendapat pasokan yang cukup dari Pertamina.

Berdasarkan pantauan media ini, hanya ada empat SPBU beroperasi untuk memenuhi kebutuhan BBM masyarakat, yakni SPBU Mitra Agi di Kampung Ngenyan Asa, Kecamatan Barong Tongkok dan SPBU Harkat Bersama di Kampung Sekolaq Oday, Kecamatan Sekolaq Darat, SPBU Mencimai dan SPBU Sekolaq Darat.

Baca Juga: Main Kembang Api, Dua Ruko di Long Ikis Terbakar

Namun anehnya, keberadaan tiga BBM jenis, pertalite, pertamax, dan solar dipertanyakan. Bahkan tak terlihat di eceran. Bahkan harganya melejit Rp 15 ribu per liter untuk pertalite dan Rp 20 ribu untuk pertamax.

Dikonfirmasi lewat telepon, salah satu pengelola SPBU Mitra Agi Ngenyan Asa, Frans Nata Jaya mengaku, kelangkaan tersebut dipicu karena SPBU Belintut tidak beroperasi. “Ya karena di SPBU tidak jalan. Coba kalau jalan, tidak mungkin begini. Karena kuota minyak paling banyak di sana (SPBU Belintut),” terang Jaya.

Bahkan dirinya mengakui, di SPBU tempat ia bekerja hanya mendapat jatah kuota 8 ton pertalite per hari. “Setau saya semua SPBU hanya dapat jatah 8 ton sehari. Kecuali SPBU Belintut, itu 16 ton kuotanya,” ujarnya.

Menurutnya, jika pasca insiden kebakaran SPBU tidak ditanggulangi dengan segera, krisis BBM di Kubar terancam berlangsung lama. “Kalau kayak kejadian di Muara Lawa tempo lalu, ya tiga bulan baru beroperasi kembali,” sebutnya.

Pengakuan berbeda datang dari petugas SPBU Harkat Bersama di Melak. Heri Wahyudi. Ia menyebut, stok minyak sebenarnya cukup, tapi masalah pengetap ini, sebut dia, tak bisa dikontrol sedangkan pihaknya tak bisa melarang mereka.

Kan kemarin begitu terbit edaran pemerintah itu yang dampingi dari polres, Dinas Perhubungan, Satpol PP dan Dinas Perdagangan, tapi mereka ndak ada turun. Nah, yang kami inginkan, tolonglah bantu amankan ini,” kata Heri.

Kondisi ini kian diperparah dengan kesemerawutan yang masih saja terjadi di APMS maupun SPBU. Lantaran pengetap BBM dengan tangki modifikasi masih bebas tanpa pengaturan.

“Kalau bisa tolong sampaikan sama pemerintah, atur para pengantre ini supaya masuk siang aja seperti dulu. Tapi di sini tetap kita atur baik-baik, bagaimana caranya umum bisa masuk. Kita mau ngelarang gimana? Nggak bisa juga,” pungkasnya.

Dia menilai, salah satu penyebab kelangkaan BBM yakni adanya pengetap yang tidak diatur. Menurutnya, pihak SPBU sebisa mungkin melayani semua masyarakat, sementara penertiban pengetap BBM menjadi tanggung jawab pemerintah dan aparat keamanan. (kri/k16)

Halaman:

Tags

Terkini