PROKAL.CO, BALIKPAPAN- Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Balikpapan melalui Bidang Sumber Daya Air (SDA) mengklaim bahwa banjir di Balikpapan mulai berkurang. Namun, di balik kabar baik ini, tantangan baru juga muncul.
Menurut Kepala Bidang SDA Dinas PU Balikpapan, Jen Supriyanto, sebanyak 17 titik banjir di kota ini berhasil ditangani. Meski demikian, lima titik banjir baru justru muncul. "Kami sudah berhasil mengatasi banyak titik banjir, tapi memang ada beberapa lokasi baru yang sekarang jadi perhatian," ujar Jen saat ditemui PROKAL.co di tempat kerjanya baru-baru ini.
Jen juga menanggapi adanya anggapan bahwa banjir di Balikpapan semakin parah. Menurutnya, klaim tersebut tidak akurat dan penanganan banjir membutuhkan pendekatan menyeluruh, dari hulu hingga hilir, yang tentunya membutuhkan dukungan anggaran besar. “Saat ini kita baru bisa fokus di bagian hulu dan tengah karena keterbatasan anggaran, sehingga banjir yang sebelumnya di tengah, sekarang bergeser ke hilir,” jelasnya.
Ia kemudian mencontohkan di kawasan DAS Ampal, banjir yang dulu terjadi dari depan Kantor Telkom hingga Jembatan Sungai Ampal kini beralih ke daerah Damai dan Gang Mufakat. “Namanya banjir, air hanya bergeser tempat,” katanya.
DPU Bidang SDA sudah bekerja maksimal dengan anggaran yang ada, namun Jen menegaskan, banjir tidak bisa diatasi secara parsial. “Kalau anggaran tersedia penuh, kita bisa menyelesaikan masalah ini secara total,” tambahnya.
Selain keterbatasan dana, faktor lain yang mempengaruhi banjir di Balikpapan adalah pengupasan lahan yang meningkatkan volume air di saluran.
Perubahan dimensi dalam master plan yang pertama dibuat tahun 2005 dan direvisi tahun 2022 juga disebabkan oleh kondisi alam yang berubah, termasuk peningkatan debit air.
Problem lain adalah sampah yang menumpuk di rumah pompa, menyumbat bar screen atau penyaring kotoran, sehingga perlu dibersihkan setiap hari. “Kalau sampah menumpuk, aliran air jadi berkurang,” pungkasnya.
Upaya DPU Balikpapan dalam menangani banjir memang sudah terlihat, namun tantangan di lapangan menunjukkan bahwa solusi tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Ke depan, dukungan anggaran dan sinergi lintas sektor menjadi kunci dalam mengatasi genangan di kota ini.