“Kami masih menunggu laporan dari para kepala kampung, sambil melakukan pembersihan di kantor kecamatan,” jelas Ariyanto.
Ariyanto mengimbau warga tetap waspada terhadap cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi dalam beberapa hari ke depan.
“Hingga saat ini, kami belum terima informasi apakah ada korban, hanya kerusakan bangunan saja,” pungkasnya.
Kepala BMKG Berau, Ade Heryadi, mengungkapkan peningkatan curah hujan di wilayah tersebut dipengaruhi oleh dinamika atmosfer, termasuk fenomena La Nina kategori lemah serta adanya sirkulasi siklonik di Timur Laut Kalimantan.
Selain itu, dari Citra Satelit BMKG Berau, kemudian dianalisis pihaknya, hujan lebat disertai angin kencang berasal dari awan Kulumonimbus yang merupakan awan dengan pertumbuhan tinggi.
Pada proses pembentukan dan pematangan, terdapat pergerakan awan yang menyebabkan angin dengan kecepatan tinggi.
Baca Juga: Prabowo Perintahkan Kapolri, Jaksa Agung, KPK Tindak Tegas Koruptor: Maling Gak Usah Diajak Rukun!
“Curah hujan di Berau mengalami peningkatan yang cukup signifikan akibat faktor-faktor ini,” ujarnya.
Berdasarkan data BMKG, curah hujan pada 3 Februari tercatat sebesar 41,3 mm. Angka ini melonjak tajam pada 5 Februari, mencapai 97,0 mm. “Hujan deras lebih sering terjadi pada malam hari,” jelasnya.
Dengan kondisi cuaca yang tidak menentu ini, BMKG Berau mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah pesisir dan wilayah rawan bencana.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Berau mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan masih akan terjadi dalam beberapa pekan ke depan.
Baca Juga: Culture Shock di Penajam Paser Utara, Kabupaten Penyangga Ibu Kota Nusantara
“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati dan waspada menghadapi kemungkinan cuaca buruk dalam waktu dekat,” jelasnya. (sen/far)