Dilema antara tanggung jawab keluarga dan keinginan untuk terus berkarier pernah dirasakannya.
Namun, ia belajar bahwa kunci utamanya adalah penyusunan prioritas dan komunikasi yang sehat dengan keluarga.
Baca Juga: Tangguh Buktikan Perannya di Garda Depan, Kartini Masa Kini di Tengah Proyek RDMP Balikpapan
Menurutnya, kualitas waktu bersama anak dan keluarga jauh lebih penting dibanding kuantitas semata.
Prinsip inilah yang membuatnya tetap mampu menjalani dua peran dengan harmonis.
Emansipasi perempuan, dalam pandangan Intan, bukan hanya soal bekerja atau kebebasan untuk beraktivitas di luar rumah, melainkan tentang kebebasan untuk menentukan pilihan hidup sendiri tanpa kehilangan jati diri.
Ia percaya bahwa menjadi mandiri dan tetap terhubung secara emosional dengan keluarga adalah bentuk kekuatan khas perempuan.
Di lingkungan kerja yang penuh tantangan, ia membuktikan bahwa perempuan juga mampu menunjukkan kinerja profesional, memberikan solusi, dan tetap tenang di bawah tekanan.
Baca Juga: Kartanegara Coffee Event Dibuka, Bupati Kukar Harap dapat Majukan Ekosistem Kopi Daerah
Keberadaannya di sektor yang mayoritas diisi oleh laki-laki sudah menjadi bentuk kontribusi terhadap perubahan pola pikir masyarakat.
Sebuah proses yang perlahan, tapi terus menunjukkan hasil nyata.
Komentar negatif dan stereotip terhadap peran perempuan dalam dunia kerja tidak luput ia hadapi.
Namun, ia memilih untuk tetap tenang dan memberikan pemahaman bahwa keputusan yang diambil adalah hasil kesepakatan bersama dalam keluarga, bukan semata-mata keputusan pribadi.
Baca Juga: Pasca Penetapan Hasil PSU Pilkada, KPU Kukar Siapkan Waktu Tiga Hari untuk Masa Keberatan
“Saya katakan, setiap keluarga punya cara masing-masing. Ini pilihan kami, dan kami menjalaninya dengan saling percaya,” ucap Intan.