kalimantan-timur

Amankah Lahan Bekas Tambang di Kaltim Dimanfaatkan untuk Bertani dan Budi Daya Ikan?

Senin, 21 Juli 2025 | 12:45 WIB
Bekas galian tambang.

SAMARINDA- Pemanfaatan lahan bekas tambang di Kalimantan Timur (Kaltim) masih menjadi perdebatan panjang. Di satu sisi, potensi luas lahan pasca tambang yang menganggur sangat besar. Di sisi lain, risiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia menjadi kekhawatiran yang tidak bisa diabaikan.

Sejumlah ahli menyampaikan pendapat mereka terkait strategi reklamasi lahan pascatambang agar dapat dimanfaatkan kembali secara optimal, seperti dilakukan para akademisi Unversitas IPB saat menggelar diskusi ilimah, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Psikotes Sekolah di Samarinda Dikeluhkan: Simak Kata TRC PPA Kaltim

Guru Besar Agrogeologi IPB University, Prof Iskandar, menyoroti bahwa lahan bekas tambang memiliki tantangan serius jika hendak dimanfaatkan untuk sektor pertanian. “Tanah di lahan bekas tambang umumnya kehilangan unsur hara, mengalami kerusakan struktur fisik, dan berpotensi mengandung logam berat yang berbahaya,” ungkapnya.

Kondisi tersebut menjadikan tanah kurang produktif dan berisiko terhadap tanaman maupun manusia yang mengonsumsi hasil panennya. Untuk itu, menurut Prof Iskandar, diperlukan langkah-langkah rehabilitasi tanah secara serius. “Penggunaan bahan pembenah tanah seperti kapur, kompos, dan biochar bisa menjadi solusi untuk mengembalikan kesuburan dan keamanan tanah,” jelasnya. Strategi ini penting agar tanah yang rusak akibat kegiatan tambang bisa kembali difungsikan untuk kegiatan pertanian secara berkelanjutan.

Tak hanya dari aspek fisik dan kimia tanah, pendekatan biologis juga mulai dilirik sebagai solusi reklamasi. Prof Suryo Wiyono dari Fakultas Pertanian IPB menjelaskan bahwa mikroorganisme tanah memiliki peran krusial dalam memperbaiki kualitas lahan pascatambang. “Mikroba tertentu dapat berfungsi sebagai biofertilizer alami yang membantu meningkatkan kesuburan dan menurunkan kandungan logam berat di dalam tanah,” terangnya.

Menurut Prof Suryo, penggunaan mikroba juga menjadi pilihan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan metode kimia. Selain meningkatkan kualitas tanah, mikroba mampu memperkuat ketahanan tanaman terhadap kondisi lingkungan ekstrem yang biasa terjadi di area bekas tambang.

Sementara itu, potensi lubang bekas tambang untuk sektor perikanan juga turut menjadi perhatian. Prof Sulistiono dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan IPB mengungkapkan bahwa kolam tambang bisa dimanfaatkan sebagai kolam budi daya ikan air tawar, seperti nila atau lele. “Namun, kualitas air menjadi tantangan utama,” ujarnya.

Beberapa kolam tambang diketahui mengandung logam berat dalam kadar tinggi. “Jika tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu, air tersebut berpotensi membahayakan ikan dan manusia yang mengonsumsinya,” jelas Prof Sulistiono.

Dengan demikian, pemanfaatan lahan bekas tambang di Kaltim, baik untuk pertanian maupun perikanan, masih memerlukan intervensi teknologi dan pengawasan ketat. Kegiatan reklamasi harus dilakukan secara terintegrasi dan ilmiah agar benar-benar aman bagi lingkungan dan masyarakat. (rin)

 

Terkini