kalimantan-timur

Literasi Digital Tertahan Anggaran, “Perpustakaan Barcode” Dispusip PPU Masih Menunggu Kepastian

Jumat, 15 Agustus 2025 | 15:49 WIB

PENAJAM — Gagasan inovatif Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) untuk mendekatkan buku ke genggaman masyarakat lewat teknologi, masih tertahan di meja perencanaan. Program perpustakaan digital berbasis barcode—yang digadang-gadang menjadi terobosan literasi pertama di wilayah ini—belum juga mendapatkan lampu hijau dari sisi pendanaan.

Kepala Dispusip PPU, M Yusuf Basra, mengatakan program ini telah berulang kali diusulkan masuk ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), namun belum pernah berhasil menembus daftar prioritas anggaran.

“Kami usulkan tiap tahun, tapi memang banyak program lain yang dianggap lebih mendesak,” ujar Yusuf.

Konsepnya sederhana namun revolusioner: cukup dengan memindai barcode atau QR code yang ditempatkan di ruang-ruang publik, masyarakat langsung terhubung ke koleksi buku digital resmi milik perpustakaan daerah.

“Perpustakaan ini tidak lagi dibatasi oleh tembok atau jam operasional. Kita bisa pasang barcode di taman, kantor kecamatan, bahkan halte. Siapa pun bisa akses kapan saja, asal punya ponsel,” jelas Yusuf.

Langkah awal yang dirancang adalah membangun tiga hingga empat titik “tugu baca” sebagai tempat penempatan barcode. Kawasan perkantoran, taman kota, hingga pusat pelayanan publik diprioritaskan karena lalu lintas manusianya tinggi.

Namun, di balik kesederhanaan konsep ini, Yusuf menegaskan bahwa kebutuhan anggarannya tetap tidak kecil. Selain pembangunan fisik tugu baca, pengadaan aplikasi khusus dan koleksi buku digital resmi membutuhkan alokasi dana yang belum tersedia.

“Buku yang kami sediakan nanti bukan sembarangan. Itu harus digital resmi, artinya legal dan bisa diakses dengan hak pengguna yang aman. Ini yang cukup mahal, tapi sangat penting,” tegasnya.

Kendati belum masuk RKPD, Yusuf optimistis program ini tetap punya peluang. Harapannya tertumpu pada potensi peningkatan pendapatan daerah pada tahun mendatang.

“Kalau nanti PAD (Pendapatan Asli Daerah) meningkat atau ada ruang fiskal yang lebih longgar, program ini sangat mungkin terealisasi,” ucapnya.

Meski tampak sederhana, inovasi ini dinilai sebagai pintu awal untuk membentuk ekosistem literasi digital di PPU. Tidak hanya sekadar membaca, masyarakat diajak untuk memanfaatkan teknologi dalam membangun budaya belajar yang fleksibel dan tanpa batas.

“Kalau ini jalan, kami tidak lagi bicara perpustakaan sebagai bangunan fisik. Literasi menjadi bagian dari ruang publik yang hidup,” pungkas Yusuf. (kim/adv)

Tags

Terkini