kalimantan-timur

PPU Dorong Perpustakaan Jadi Pusat Inklusi dan Inovasi Sosial  

Senin, 11 Agustus 2025 | 16:45 WIB

PENAJAM — Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengambil langkah progresif dalam membumikan peran perpustakaan sebagai ruang hidup masyarakat. Tak lagi sekadar tempat menyimpan buku, perpustakaan kini ditransformasi menjadi pusat inklusi sosial dan pemberdayaan warga.

Transformasi ini ditegaskan dalam kegiatan Sosialisasi Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang digelar Senin (11/8/2025) di Aula Lantai III Kantor Bupati PPU. Acara dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah PPU, Tohar, dan dihadiri oleh lebih dari 100 peserta dari unsur SKPD, kepala desa, lurah, hingga pengelola perpustakaan desa dan kelurahan se-PPU. 

Dalam sambutannya, Tohar menegaskan bahwa paradigma lama tentang perpustakaan harus diubah. Perpustakaan, katanya, bukan lagi sekadar tempat membaca, tapi ruang strategis membentuk masyarakat literat, produktif, dan inklusif.

“Transformasi berarti bergerak dari yang statis menjadi dinamis, dari tempat buku menjadi tempat bertumbuh. Inklusi sosial adalah kunci agar semua masyarakat, dari semua latar belakang, mendapat akses dan kesempatan yang sama untuk berkembang,” ujar Tohar.

Ia juga menyoroti pentingnya pengelolaan arsip desa dan kelurahan secara profesional, sebagai bagian dari upaya memperkuat tata kelola pemerintahan berbasis data dan dokumentasi yang tertib.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip PPU, Muhammad Yusuf Basra, dalam laporannya menyampaikan bahwa sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pemerintah desa dan kelurahan terhadap pentingnya perpustakaan sebagai center of community.

“Kami ingin perpustakaan tidak hanya menjadi ruang baca, tapi juga menjadi tempat pelatihan, ruang diskusi, bahkan tempat memulai usaha kecil,” jelas Yusuf.

Menurutnya, sebanyak 104 peserta hadir dalam kegiatan ini, terdiri dari perwakilan SKPD, kepala desa, lurah, hingga pengelola perpustakaan desa dan kelurahan. Narasumber utama berasal dari Dinas Perpustakaan Kota Balikpapan, yang telah lebih dulu mengimplementasikan konsep perpustakaan inklusif secara efektif.

Melalui kegiatan ini, Pemkab PPU berharap tercipta komitmen baru dari seluruh stakeholder untuk menjadikan perpustakaan desa sebagai titik temu antara literasi dan kehidupan sosial masyarakat. Artinya, perpustakaan bukan hanya hadir secara fisik, tapi juga aktif membangun kapasitas dan keterampilan masyarakat melalui program-program yang kontekstual.

“Perpustakaan masa kini adalah ruang yang terbuka bagi siapa saja. Ruang untuk belajar, tumbuh, berinovasi, dan bahkan membangun masa depan,” tambah Yusuf.

Pemkab PPU optimistis, dengan pendekatan berbasis inklusi sosial, perpustakaan akan menjadi jembatan antara pengetahuan dan kesejahteraan, antara literasi dan transformasi sosial. Perubahan sudah dimulai — dan perpustakaan menjadi pintu depannya.

Tags

Terkini