PROKAL.CO, SAMARINDA-Sastraloka Tirtonegoro Foundation 2025 menghadirkan Lokakarya Penulisan Cerpen Kalimantan Timur (Kaltim) yang berlangsung pada Jumat (10/10/2025).
Kegiatan ini menghadirkan Dadang Ari Murtono dan Dahri Dahlan sebagai narasumber utama dan diikuti oleh peserta dari berbagai komunitas sastra serta pegiat literasi di Benua Etam.
Dalam lokakarya tersebut, Dadang membahas berbagai aspek penting dalam proses penulisan cerpen, mulai dari penggalian ide, pembangunan tokoh dan karakter, penggunaan latar, hingga teknik dialog dan penyusunan adegan.
Baca Juga: Puncak Sastraloka Tirtonegoro Foundation 2025, Mengalir dari Ingatan Silam Menuju Cakrawala Zaman
Menurutnya, ide dalam menulis sesungguhnya tidak pernah benar-benar habis. “Bahkan kehabisan ide bisa dijadikan ide itu sendiri,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya membaca untuk memperkaya gagasan, serta memperkenalkan metode what if sebagai cara efektif mengembangkan imajinasi.
“Di Sastraloka, ide tulisan berangkat dari cerpen-cerpen Korrie Layun Rampan, karena dari sana banyak kemungkinan kreatif bisa digali,” tambahnya.
Dalam sesi tokoh dan karakter, Dadang menjelaskan perbedaan antara keduanya. Tokoh adalah sosok utama dalam cerita, sedangkan karakter adalah sifat dan ciri khas yang melekat pada tokoh tersebut.
Ia juga menekankan pentingnya logika sosial dan budaya dalam memberi nama dan membentuk kepribadian tokoh.
Sementara itu, pada aspek latar, penulis diingatkan untuk tidak hanya mengandalkan penglihatan, tetapi juga memanfaatkan seluruh pancaindra dalam mendeskripsikan suasana agar teks menjadi lebih hidup.
“Tulisan yang kaya perspektif sensorik akan membuat pembaca benar-benar hadir di dalam cerita,” jelasnya.
Baca Juga: Kisah Pilu Kapten Ode: Selamat Setelah 6 Jam Terapung di Laut Pegatan, Dua ABK Ditemukan Meninggal
Untuk bagian dialog, Dadang mengingatkan agar penulis menghindari penggunaan dialog hanya sebagai pemanjang cerita.
Dialog, katanya, harus mampu menggerakkan alur, memperdalam konflik, dan memberi dinamika pada narasi.