• Minggu, 21 Desember 2025

Persoalan Sampah Pesisir Tarakan Sulit Diatasi, Limbah Botol Plastik Rumput Laut Jadi Masalah Besar

Photo Author
- Senin, 20 Oktober 2025 | 10:04 WIB
Tampak pesisir Tarakan. Tarakan masih belum bebas dari SBS.
Tampak pesisir Tarakan. Tarakan masih belum bebas dari SBS.

TARAKAN – Permasalahan sampah yang menumpuk di kawasan pesisir Kota Tarakan hingga saat ini masih menjadi isu kronis yang belum terselesaikan . Fenomena ini disebut tidak terlepas dari kebiasaan buruk masyarakat pesisir yang masih kerap membuang sampah langsung ke laut, diperparah dengan limbah botol plastik dari aktivitas pertanian rumput laut.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tarakan, Andry Rawung, mengakui bahwa persoalan sampah di wilayah pesisir memang sulit ditangani hingga kini.

Menurut Andry, penanganan masalah ini memerlukan koordinasi lintas instansi. Ia menyebut wewenang pengelolaan lingkungan kawasan pesisir melibatkan beberapa dinas, antara lain Dinas Perikanan dan Kelautan, Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim), serta DLH sendiri.

“Sampah di kawasan pesisir khususnya dari limbah budidaya rumput laut selama ini masih belum terkelola dengan baik,” ujar Andry, Jumat (17/10).

Inovasi Pengganti Botol Plastik Jadi Kunci

Andry Rawung menyoroti bahwa masih banyak petani rumput laut yang belum bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan dari aktivitas pertanian mereka. Botol-botol plastik bekas yang digunakan sebagai pelampung kerap dibiarkan menjadi polusi di laut.

Untuk mengatasi sampah yang masuk dari daratan ke laut, DLH tengah mempertimbangkan berbagai alternatif penutupan jalur.

“Harus ada penanganan sampah kawasan pesisir, bisa menggunakan jaring untuk menutup jalur-jalur sungai ke laut, dan lain sebagainya. Kita masih mencari alternatif untuk menutup sungai, supaya sampah dari darat ke laut,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menekankan perlunya inovasi untuk mengganti material pelampung budidaya rumput laut. “Sehingga menurut hemat saya perlu inovasi untuk menggantikan botol plastik dengan bahan yang lebih ramah lingkungan,” sambungnya.

DLH Tarakan berharap dapat mengadopsi langkah yang sudah dilakukan oleh Pemkab Nunukan, yang mulai menggunakan pelampung khusus berbahan ramah lingkungan sebagai pengganti botol plastik.

“Seperti kabupaten tetangga kita, yaitu Nunukan yang sudah mulai menggunakan bahan alternatif untuk menggantikan botol plastik ini. Supaya pelampung untuk budidaya rumput laut menggunakan bahan olahan yang lebih ramah lingkungan,” pungkasnya. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X