• Minggu, 21 Desember 2025

Krayan Merdeka dari Harga Mahal, Solar Cuma Rp6.800, Pertalite Rp10 Ribu

Photo Author
- Kamis, 20 November 2025 | 12:00 WIB
Aktivitas muat BBM di Bandara Juwata Tarakan yang akan dikirim ke Krayan, pada Oktober 2024. (PERTAMINA UNTUK RADAR TARAKAN)
Aktivitas muat BBM di Bandara Juwata Tarakan yang akan dikirim ke Krayan, pada Oktober 2024. (PERTAMINA UNTUK RADAR TARAKAN)

 

KRAYAN – Program Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga yang dimaksimalkan oleh Pertamina di wilayah perbatasan Kalimantan Utara, khususnya Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, membawa perubahan signifikan bagi masyarakat setempat. Pasokan BBM yang kini lancar dan harganya setara dengan wilayah lain di Indonesia membuat warga tidak lagi bergantung pada BBM "impor" dari Malaysia.

Sebelumnya, terbatasnya akses membuat harga BBM di Krayan melambung tinggi, seringkali mencapai Rp 18.000 hingga Rp 25.000 per liter, memaksa sebagian warga membeli BBM eceran dari negara tetangga.

Angelina Lynn (20), warga Desa Liang Butan, Kecamatan Krayan, mengungkapkan rasa syukurnya atas perubahan ini.

“Harga BBM Malaysia itu Rp 18.000 sampai Rp 25.000 per liter. Dulu BBM dari Pertamina juga segitu, kadang lebih mahal, dan harus antre berjam-jam. Untungnya sekarang sudah tidak lagi,” katanya.

Antrean Hilang, Harga Merata

Dalam setahun terakhir, Angelina menyebut pasokan BBM Pertamina yang dikirim dari Tarakan hampir selalu tersedia setiap hari. Harga yang berlaku kini sama seperti harga BBM Subsidi di wilayah Kalimantan: Solar Rp 6.800 per liter dan Pertalite Rp 10.000 per liter.

“Tapi memang jumlahnya dibatasi, supaya semua kebagian,” jelas Angelina, yang menggunakan solar tidak hanya untuk mesin pertanian, tetapi juga cadangan darurat bahan bakar genset untuk penerangan karena listrik yang masih sulit.

Kondisi serupa dialami Sugiartho Pramana (35), warga Desa Pa Melade, Kecamatan Krayan Timur. Ia menuturkan, ketersediaan pangkalan di hampir setiap kecamatan membuat BBM lebih mudah dijangkau.

“Dulu kan kami ikut antre di induk (Kecamatan Krayan). Sekarang di tempat kami juga ada, cuma satu kilometer dari rumah. Antrenya paling sekitar 10 menit kalau pertalite. Saya masih ingat beberapa tahun lalu antre bisa sampai 4 jam,” terangnya.

BBM Malaysia Kalah Bersaing

Meskipun BBM kiriman dari Malaysia masih beredar di kios-kios, Sugiartho memastikan bahwa harganya yang jauh lebih mahal membuat minat masyarakat menurun drastis.

“Pertalite kan Rp 10.000, kalau yang dari Malaysia itu paling murah Rp 15.000 seliter. Orang beli kalau terpaksa aja,” sambungnya.

Warga berharap Pertamina dapat terus menjaga komitmen dalam implementasi BBM Satu Harga ini, termasuk konsistensi pelayanan dan kelancaran distribusinya di wilayah perbatasan.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X