TARAKAN - Di era pemerintahan periode kedua Presiden Joko Widodo, kawasan perbatasan kian pesat pertumbuhannya. Kendati demikian, dalam pelantikan menteri baru di Jakarta, diharapkan tetap memperhatikan kawasan perbatasan, khususnya di Kalimantan Utara (Kaltara).
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltara, Norhayati Andris mengharapkan para menteri dalam Kabinet Indonesia Maju memperhatikan wilayah perbatasan Kaltara terutama infrastruktur, kesehatan, pendidikan serta pertahanan dan keamanan. "Besar harapan kita (perhatian pembangunan, Red) di Kaltara, karena masih membutuhkan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan keamanan," kata Norhayati kepada Radar Tarakan.
Terkait masalah keamanan, karena seringnya penyelundupan narkoba terutama jenis sabu dari Malaysia. Dia mengharapkan Kaltara menjadi wilayah yang steril atau terbebas dari masuknya narkoba. Serta harus menjadi perhatian pemerintah pusat dan para pemangku kepentingan.
Norhayati yang berasal Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan juga mengucapkan selamat atas terpilihnya para menteri di Kabinet Indonesia Maju.
Kader PDI Perjuangan pada Kabinet Indonesia Maju ada empat orang yakni Menteri Sosial, Juliari Batubara, Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Tjahjo Kumolo dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Wali Kota Tarakan, Khairul mengharapkan wilayahnya sebagai penyangga perbatasan mendapat perhatian dari para menteri dalam Kabinet Indonesia Maju.
"Tentunya pada masalah infrastruktur, perdagangan luar negeri, mudah-mudahan ada solusi ke depan untuk wilayah Kalimantan Utara," singkat pria yang akrab disapa dokter tersebut.
Kerja Lambat, Menteri dicopot
Jajaran kabinet pembantu pemerintahan Presiden Joko Widodo–Wakil Presiden Maruf Amin telah diperkenalkan ke masyarakat, kemarin (23/10). Kini, publik tinggal menunggu kiprah jajaran kabinet dalam mewujudkan janji politik Jokowi-Maruf.
Berbeda dengan periode pertama yang diberi nama Kabinet Kerja, pada periode keduanya Jokowi memberi nama Kabinet Indonesia Maju. Nama itu, kata Jokowi, mewakili spirit dan harapan untuk menjembatani Indonesia menuju negara maju. ”Dalam lima tahun kemarin kita kan kerja kerja kerja. Ini arahnya untuk menghantarkan Indonesia maju,” ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta.
Jokowi menambahkan, pihaknya akan melanjutkan pekerjaan di periode pertamanya. Termasuk di antaranya berbagai persoalan yang belum tuntas. Seperti defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan, penurunan kemiskinan, peningkatan usaha kecil, hingga membuka iklim investasi untuk membuka lapangan kerja.
Selain itu, agenda lainnya adalah melanjutkan debirokrasitasi melalui reformasi birokrasi, deregulasi, dan penggunaan anggaran yang terfokus dan tepat sasaran. “Kemudian tentu saja prioritas utama kita 5 tahun ke depan pembangunan SDM, dan semuanya yang berkaitan dengan itu harus kita garap secara rame-rame,” imbuhnya.
Untuk itu, dia meminta jajarannya untuk taat pada enam hal. Yakni fokus pada visi misi Presiden dan Wakil Presiden, menciptakan sistem yang menutup korupsi, tidak terjebak pada rutinitas, dapat bekerja cepat, keras dan produktif, berorientasi pada hasil, serta rajin turun ke lapangan. “Terakhir, semua harus serius dalam bekerja, saya pastikan yang tidak serius bekerja, yang tidak sungguh-sungguh hati-hati bisa saya copot di tengah jalan,” ungkapnya.
Konsep pengumuman menteri kabinet kerja kemarin berlangsung santai. Bersama Maruf Amin, Jokowi duduk lesehan bersama 34 menteri, 3 kepala lembaga setingkat menteri, dan Jaksa Agung di unggakan Gedung Istana Merdeka. Satu persatu dipanggil, diminta berdiri, dan diberi instruksi singkat terkait tugasnya ke depan. Usai diumumkan, para menteri dilantik secara bersama-sama di Gedung Istana Negara.
Dari semua nama yang diperkenalkan, sosok Nadiem Makarim paling menjadi perhatian. Selain latar belakangnya yang dinilai tidak selaras, di usia 35 tahun dia memimpin kementerian yang begitu luas cakupannya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). “Saya terima amanah ini dengan sangat hati-hati. Saya tidak akan pernah mengira bergabung dengan pemerintahan,” kata dia memulai tanggapannya.