Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, merupakan kabupaten yang cukup padat. Di sana ada Taman Wisata Alam Bantimurung yang terkenal dengan keindahan alamnya. Namun, jika menarik lurus ke arah selatan, hamparan pegunungan batu gamping (karst) sepanjang 462 kilometer hingga Kabupaten Pangkep. Perjalanan di pintu gerbang Indonesia Timur itu tentu memberikan kesan apik.
GUGUSAN karst yang berada di Maros dan Pangkep tercatat sebagai kawasan karst terbesar dan terindah kedua di dunia setelah Tiongkok.
Kampung Karst Rammang-Rammang semakin dikenal masyarakat luas karena keindahan dan keunikannya. Kehadiran tempat wisata itu tidak terlepas dari inisiasi masyarakat setempat dan pemerintah desa terhadap ekowisata Rammang-Rammang.
Muhammad Ikhwan, atau lebih dikenal Iwan Dento, pendiri objek wisata Desa Karst Rammang-Rammang menyebut, menuju kemandirian masyarakat bukan hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa terwujud. Belajar menerima orang asing, berbaur dengan pengunjung dari berbagai latar belakang, menjaga perilaku dan tingkah laku di depan wisatawan, belajar menyapa menggunakan bahasa asing, dan masih banyak lagi.
Secara mental, hal itu perlu dilatih. Berinteraksi dengan wisatawan luar menjadi sesuatu yang baru. Apalagi latar belakang masyarakat dipengaruhi tingkat pendidikan dan budaya masyarakat yang relatif baru dalam pelayanan. “Pertanyaan ada kekurangan itu tugas bersama. Kelemahan masyarakat adalah kapasitasnya, cara terbaik adalah memperbanyak daripada meninggalkan,” kata Iwan Dento.
Kampung Karst Rammang-Rammang salah satu ikon pariwisata di Sulsel. Rammang-Rammang yang termasuk dalam Kawasan Karst Maros-Pangkep (KKMP) telah diakui UNESCO, sebagai salah satu situs warisan dunia (World Heritage Site) pada 2017. Waktu terbaik untuk berkunjung ke Rammang-Rammang adalah saat matahari terbit.
Kampung Berua merupakan ikon landmark utama dari Kawasan Wisata Rammang-Rammang. Kampung itu menyuguhkan suasana khas pedesaan yang begitu asri. Rumah-rumah masyarakat yang ada di sana masih terbilang sangat tradisional. Bahkan ada masih berupa rumah panggung. Desa tersebut dihuni sekitar 15–20 keluarga yang masih merupakan kerabat satu sama lain.
Di sana pengunjung dapat menikmati aktivitas masyarakat lokal, seperti bertani, beternak ikan, dan menikmati suasana pedesaan, khususnya momen sunrise.
Masih termasuk dalam gugusan Karst Rammang-Rammang, ada Taman Hutan Batu Kapur. Kawasan itu di Desa Salenrang, masih di Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros. Taman Hutan Batu Kapur dapat diakses menggunakan kapal boat. Wisatawan juga bisa menikmati hamparan batuan karst yang berusia lebih dari ribuan tahun, serta berfoto di hutan batu. Taman Hutan Batu Kapur itu merupakan satu-satunya di Indonesia, dan disebut-sebut sebagai yang terbesar ketiga di dunia setelah Taman Hutan Batu Tsingy di Madagaskar dan Taman Hutan Batu Shilin di Tiongkok. (dra/k16)