lifestyle

Mengenal Stoikisme, Aliran Filsafat Pengendali Diri dan Pencegah Depresi

Minggu, 22 Desember 2024 | 17:01 WIB
Patung Epictetus, seorang filsuf Yunani Stoic yang punya pandangan hidup stoisisme, di Roma, Italia. Luc Emergo/Shutterstock

Stoikisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan manusia untuk mengendalikan diri, menghadapi tantangan hidup dengan tenang, dan mencapai kebahagiaan. Stoikisme berasal dari bahasa Yunani stoikos atau stoa, yang merujuk pada Stoa Poikile, sekolah filsafat di Athena, Yunani. Zeno dari Citium, Chrysippus dari Soli, dan Cleanthes dari Assos adalah beberapa tokoh yang menciptakan paham ini.

Filsafat Stoikisme ada sejak 301 SM atau abad ke-3 SM. Pencetusnya, yakni para filsuf Yunani Kuno di Athena bernama Zeno. Dilanjutkan kemudian oleh filsuf Stoa, yakni Chrisippus, Cicero, Epictetus yang berjuluk Sang Budak Pengajar Stoic, Marcus Aurelius atau Sang Kaisar, dan Seneca dengan julukannya sebagai Sang Negarawan dan Filsuf Stoic.

“Penyebutan Stoa oleh karena para filsuf tersebut berdebat dan berdialog di Stoa. Mereka membicarakan ragam isu dan tema, dari soal teologi, astronomi, fisika, logika, hingga etika. Pembicaraan utamanya adalah mengenai filsafat kebajikan hidup dalam etika dan teologia,” tutur Dr Listiyono, Dosen Filsafat dari Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Indonesia FIB UNAIR Dr Listiyono Santoso SS MHum.

Konsep Filsafat Stoikisme

Filsafat Stoikisme dominan lebih mengarah pada panduan praktis mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan. Seorang filsuf bernama Plato menyebutnya sebagai Eudhomania. Artinya, kebahagiaan adalah keutamaan hidup.

“Prinsip utama Stoa kuno adalah keyakinan bahwa kita tidak bereaksi terhadap peristiwa. Hal yang penting adalah penilaian kita tentang mereka yang bergantung kepada diri sendiri,” ujar dosen yang telah menerbitkan beberapa buku filsafat tersebut.

Panduan Berpikir Filsafat Stoikisme

Filsafat stoikisme memiliki panduan praktis yang dapat diterapkan dalam cara berpikir. Di antaranya, fokus pada hal yang bisa dilakukan, pengelolaan waktu dengan baik, fokus dengan jalan keluar dari berbagai hambatan, berbahagia tanpa ada sikap egois dan sombong, serta selalu realistis dan antisipatif. “Filsafat stoikisme mengajak umat manusia untuk benar-benar memiliki keutamaan hidup dengan sikap praktis dalam hidup yang membahagiakan. Pencapaiannya melalui fokus diri, refleksi diri, dan antisipasi diri,” jelas Dr Listiyono.

Stoikisme bisa dimanfaatkan untuk hal hal yang positif. Diantaranya;

Mengelola emosi

Stoikisme mengajarkan untuk mengelola reaksi emosional terhadap hal-hal yang tidak bisa dikontrol.

Membedakan hal yang bisa dan tidak bisa dikontrol

Stoikisme mengajarkan untuk membedakan antara hal-hal yang bisa dikontrol, seperti sikap dan tindakan, dengan hal-hal yang tidak bisa dikontrol, seperti tindakan orang lain.

Menerima keadaan

Halaman:

Tags

Terkini