lifestyle

Kamu Jatuh Cinta atau Sekadar Obsesi? Begini Cara Membedakannya

Rabu, 23 Juli 2025 | 15:50 WIB
ilustrasi jatuh cinta. Sumber foto: Freepik

3. Cinta membuat diri Anda dan pasangan terus berkembang

Pada sebuah hubungan cinta yang sehat, Anda dan pasangan akan berkembang ke arah yang positif. Hal ini baik untuk perkembangan diri maupun hubungan. Hal ini tidak akan Anda temukan dalam obsesi. Obsesi membuat diri Anda tidak terbuka dengan perkembangan pasangan karena Anda tidak bisa melihat bahwa mereka punya kehidupan sendiri.

Tanda-tanda lain yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana cara Anda dan pasangan dapat tetap fokus dan saling mendukung kegiatan atau hobi masing-masing.

Apabila Anda merasa terlalu bergantung dengan pasangan sehingga pekerjaan atau hobi Anda terganggu maupun sebaliknya, bisa jadi rasa cinta telah berubah menjadi obsesi.

4. Obsesi selalu membutuhkan validasi

Dalam cinta yang sehat, pasangan akan saling memberikan dukungan emosional dan memberi validasi sebagai penghargaan terhadap perasaan dan tindakan yang telah dilakukan. Sementara itu, Anda yang terobsesi akan membutuhkan validasi pasangan terus-menerus.

Obsesi sering kali membuat Anda tidak puas bila belum mendapat pengakuan berlebihan. Hal ini membuat Anda terus meminta perhatian dan persetujuan dari pasangan. Terkadang, kebutuhan akan validasi ini menimbulkan tindakan manipulatif. Artinya, Anda akan berusaha mengontrol hidup pasangan agar sesuai dengan apa yang Anda inginkan.

Beberapa contoh tindakan manipulatif yaitu sering melakukan kekerasan verbal, mengisolasi pasangan dari orang dekatnya, hingga melakukan gaslighting.

5. Obsesi hanya melihat kepentingan pribadi

Anda mungkin tidak sadar bahwa segala hal yang dilakukan untuk pasangan dan hubungan ini hanyalah untuk memuaskan keinginan dan ego diri Anda semata. Saat terobsesi, Anda cenderung melupakan aspek penting bahwa hubungan cinta seharusnya berlandaskan perasaan saling memahami dan menghargai kedua belah pihak.

Apabila Anda merasa kurang memahami apa yang sesungguhnya pasangan butuhkan, sudah saatnya Anda mengevaluasi apakah perasaan ini adalah cinta sejati atau obsesi belaka. Menyadari perbedaan antara cinta dan obsesi ini menjadi langkah pertama untuk membangun hubungan asmara yang sehat dan berkelanjutan.

Jika Anda ragu tentang hal ini, mintalah pendapat orang ketiga. Jangan sungkan untuk bicara langsung dengan konselor atau psikolog untuk membantu menanganinya.

Yang jelas, wajar bila Anda terus-menerus memikirkan dan ingin selalu bertemu dengan pasangan saat memulai hubungan percintaan. Namun bila hal ini membuat Anda gelisah, merasa terkekang, selalu haus akan validasi, dan sulit untuk berkembang, ini bisa menandakan obsesi dalam hubungan.
Penting untuk membedakan antara cinta dan obsesi supaya Anda mampu membangun hubungan yang sehat ke depannya. (*)

Halaman:

Terkini