lifestyle

Kenapa Kita Sering Nunda Makan Padahal Lapar? Tanda-Tanda Self-Neglect yang Tak Disadari

Rabu, 30 Juli 2025 | 21:46 WIB
Ilustrasi makan bersama. (www.freepik.com)

Pernah merasa lapar, tapi tetap memilih menunda makan? Atau sadar perut sudah keroncongan, tapi malah berkata, “Nanti aja, masih banyak kerjaan.” Sekilas, ini terdengar seperti hal sepele padahal bisa jadi ini adalah gejala self-neglect, yaitu bentuk pengabaian terhadap kebutuhan dasar diri sendiri.

Di tengah budaya produktivitas yang kian mengglorifikasi kesibukan sebagai tolok ukur keberhasilan, banyak orang tanpa sadar menomorduakan kesehatannya. Melewatkan makan, menahan haus, menunda tidur, atau bahkan mengabaikan sinyal tubuh demi mengejar to-do list yang seolah tak ada habisnya. Kita belajar bahwa "berhenti" atau "beristirahat" adalah bentuk kelemahan. Padahal, tubuh kita bukan mesin.

Psikolog klinis Tara Well, Ph.D., dalam tulisannya di Psychology Today, menyebut bahwa perilaku semacam ini sering kali tumbuh dari tekanan sosial dan dorongan internal untuk terus produktif. “Kita mulai menilai diri sendiri berdasarkan seberapa banyak yang bisa kita lakukan, bukan seberapa baik kita merawat diri,” tulisnya. Pola pikir ini, jika terus berlangsung, bisa menjauhkan kita dari pemenuhan kebutuhan dasar yang mestinya jadi prioritas.

Menunda makan bukan hanya urusan perut, tapi cerminan dari cara kita memperlakukan diri sendiri. Self-neglect tak selalu hadir dalam bentuk ekstrem. Justru, ia menyelinap dalam rutinitas harian yang dianggap biasa lupa sarapan karena terburu meeting pagi, melewatkan makan siang karena “lagi deadline”, atau merasa bersalah saat rehat sejenak hanya untuk mengisi energi. Lama-lama, tubuh akan menyimpan akumulasi kelelahan, yang jika tak segera ditangani bisa berdampak pada kesehatan fisik, mental, bahkan emosi.

Fenomena ini sangat umum terjadi, terutama di kalangan anak muda termasuk Gen Z dan milenial yang hidup dalam bayang-bayang budaya hustle dan tekanan media sosial. Di Instagram, TikTok, maupun LinkedIn, kita disuguhi narasi ‘kerja keras = sukses’, hingga muncul ilusi bahwa istirahat adalah kemunduran. Akhirnya, kebutuhan dasar seperti makan, tidur, dan relaksasi dikorbankan demi citra “produktif” yang sebenarnya rapuh.

Padahal, merawat diri adalah bentuk tanggung jawab, bukan kemalasan. Memberi tubuh kita waktu untuk makan, minum, tidur, dan beristirahat bukan hanya untuk kesehatan, tapi juga penghargaan atas tubuh yang selama ini menopang kita.

Jadi, kalau hari ini kamu merasa lapar tapi belum makan, coba berhenti sebentar. Bukan cuma perutmu yang butuh perhatian, tapi seluruh dirimu juga. Di balik keberhasilan apa pun yang kamu kejar, kamu tetap butuh makan untuk bertahan.

Karena merawat diri bukan berarti kamu lemah, itu tandanya kamu sadar bahwa kamu penting. (Arsandha Agadistria Putri)

Terkini