lifestyle

Anak Zaman Sekarang Pilih Nikah Nanti-Nanti, Apa yang Sebenarnya Mereka Takutkan?

Selasa, 29 Juli 2025 | 09:34 WIB
ilustrasi akad nikah

Di banyak rumah tangga Indonesia, pertanyaan “kapan nikah?” sering kali meluncur ringan dari bibir orang tua, saudara, hingga tetangga. Bagi generasi terdahulu, menikah di usia muda adalah hal yang lumrah bahkan seolah jadi tolak ukur sukses seseorang dalam hidup. Namun kini, kita melihat kenyataan yang berbeda. Banyak anak muda memilih sendiri dulu, fokus kerja atau sekolah, bahkan ada yang terang-terangan bilang bahwa menikah bukan prioritas.

Bukan berarti mereka tidak ingin hidup berpasangan. Bukan pula karena tak punya calon. Tetapi zaman yang berubah membawa cara berpikir yang juga ikut berubah. Menikah bukan lagi sekedar soal “sudah umur” atau “biar ada yang jagain”. Bagi banyak anak muda sekarang menikah adalah keputusan besar yang menyangkut stabilitas emosional, finansial, bahkan kesehatan mental.

Ketakutan yang Tak Terlihat, “Kalau Gagal, Siapa yang Tanggung?”

Salah satu alsan utama mengapa anak muda enggan menikah cepat adalah ketakutan akan kegagalan rumah tangga. Banyak dari mereka tumbuh dalam keluarga yang penuh konflik, melihat perceraian, kekerasan ferbal, bahkan dfisik. Luka itu membekas, tanpa disadari membentuk cara pandang mereka terhadap hubungan.

Bagi sebagian orang tua, hal ini terdengar seperti alasan yang mengada-ada. Namun, bagi generasi yang mulai melek kesehatan mental, kesiapan batin dianggap jauh lebih penting daripada sekedar status atau pesta meriah.

Biaya Hidup yang Tak Main-Main

Dulu, cukup dengan punya pekerjaan tetap, orang merasa siap menikah. Sekarang, kenyataan ekonomi jauh lebih pelik. Harga rumah mahal, biaya kebutuhan pokok terus naik, belum lagi tuntutan gaya hidup. Banyak anak muda yang merasa mereka harus mapan dulu, setidaknya cukup untuk hidup layak berdua sebelum mengucap ijab kabul.

Apalagi jika dilihat dari statistik, data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan bahwa usia rata-tara menikah pertama kini naik menjadi 26-28 tahun, lebih tinggi dari generasi sebelumnya. Bukan karena tak laku, tapi karena mereka lebih berhati-hati.

Fokus Mencari Jati Diri

Generasi sekarang juga tumbuh dengan banyak pilihan dan tekanan. Pendidikan tinggi makin luas, kesempatan kerja makin beragam, dan ekspetasi diri juga makin besar. Tak sedikit anak muda yang memilih mengenal diri sendiri dulu, meniti karir, atau sekedar menikmati waktu sendirian sebelum memutuskan hidup bersama orang lain.

Bagi sebagian orang tua, ini terlihat seperti “ngulur waktu” atau “takut berkomitmen”. Tapi bagi anak muda, ini adalah bentuk tanggung jawab. Mereka ingin masuk pernikahan bukan karena dipaksa waktu, tapi karena memang siap.

Bukan Menolak Pernikahan, Tapi Mengubah Cara Pandangnya

Penting untuk dipahami anak muda bukan sedang menolak nilai-nilai keluarga, tapi mereka ingin membangun keluarga yang lebih sehat dari apa yang mungkin pernah mereka lihat. Mereka ingin menikah dengan sadar, bukan karena tekanan.
Mereka tidak ingin terburu-buru hanya untuk mengetahui ekspetasi sosial. Mereka ingin pasangan yang benar-benar sejalan, bukan sekedar karena “sudah waktunya”. Dan mereka ingin menikah ketika diri mereka sendiri sudah cukup utuh, agar tidak saling menyakiti di kemudian hari.

Orang Tua Perlu Belajar Mendengar Bukan Memaksa

Halaman:

Terkini