Sebagai orang tua, mungkin sulit memahami perubahan ini. Tapi dunia memang tidak sama seperti dulu. Daripada terus menekan dengan kalimat seperti “jangan pilih-pilih pasangan” atau “nanti keburu tua”, akan jauh lebih bijak jika mulai membuka ruang bicara yang sehat.
Tanyakan apa yang membuat anak belum ingin menikah. Dengarkan tanpa buru-buru menyalahkan. Bicarakan masa depan bersama, bukan hanya pesta dan tanggal. Karena di balik keengganan menikah, bisa jadi tersimpan banyak luka, rasa takut, dan kegelisahan yang tak pernah terucap.
Menikah bukan perlombaan. Bukan soal siapa duluan. Tapi soal siapa yang benar-benar siap. Di tengah perubahan zaman, tekanan ekonomi, dan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, tak heran jika banyak anak muda memilih untuk berhenti sejenak dan berpikir panjang.
Mereka bukan anti menikah. Mereka hanya ingin, saat waktunya tiba, mereka menikah bukan karena tuntutan, tapi karena memang ingin membangun hidup bersama dengan tenang sadar, dan siap. (Arsandha Agadistria Putri)