Cleopatra tak terpisahkan dari mitos seks, terutama dengan Julius Caesar dan Mark Antony. Namun, podcast ini membantah banyak asumsi. Anda akan mendengar mengapa Cleopatra hampir pasti masih perawan sebelum bertemu Caesar, meskipun ada banyak rumor.
Pertemuan dramatisnya yang terkenal dengan Julius Caesar, jauh dari sekadar godaan, adalah pembukaan diri yang strategis dan, menurut Dr. Parcak, "pertemuan pemikiran" yang mendalam antara dua ahli strategi politik yang brilian. Hubungan mereka dengan cepat semakin dalam, mengarah pada cinta dan kelahiran putra mereka. "Wanita muda yang menakjubkan, brilian" ini yang dapat berbincang dengannya tentang setiap subjek memikat Caesar, memainkan ego sang Kaisar dan mengukuhkan aliansi yang menguntungkan Roma.
Reaksi Romawi terhadap kehadiran Cleopatra di Roma beragam; beberapa mencapnya sebagai "pelacur," sementara yang lain benar-benar terpikat, menginspirasi ledakan pemujaan Isis. Setelah pembunuhan Caesar, Cleopatra dengan cepat kembali ke Mesir, kemudian memulai hubungannya yang terkenal dengan Mark Antony. Meskipun sering digambarkan sebagai hubungan yang liar, ikatan mereka langgeng dan menghasilkan tiga anak. Dr. Parcak menekankan bahwa Cleopatra memiliki sangat sedikit kekasih yang terdokumentasi, menantang gagasan promiscuity yang diabadikan oleh propaganda Romawi, yang dengan sengaja menargetkan wanita berkuasa dan berani ini.
Tragedi dan Warisan Abadi
Dalam podcast, Dr. Parcak menjelaskan bagaimana pemerintahan Cleopatra menghadapi tantangan besar, termasuk kekeringan dan kelaparan yang meluas (serta dari sumber-sumber yang mengejutkan) yang mungkin memengaruhi persiapan menjelang pertempuran-pertempuran krusial seperti Pertempuran Actium. Ketika Romawi tak terhindarkan berusaha menyerap Mesir, dan setelah kematian Mark Antony, Cleopatra membuat pilihan ikonik terakhirnya, menghindari penghinaan publik oleh Octavianus dalam kemenangan Romawi.
Kematiannya, yang sering digambarkan sebagai gigitan ular asp, kemungkinan besar adalah racun yang ia berikan sendiri secara cepat — sebuah keputusan yang mencerminkan pemahaman bawaannya tentang citranya dan bagaimana hal itu akan mengamankan ingatan abadi Mesir saat Roma menyerap kerajaannya.
Seperti ratu-ratu kuat lainnya termasuk Catherine yang Agung dan Marie Antoinette, Cleopatra menjadi korban narasi misoginis, kekuasaannya sering diseksualisasi untuk mendiskreditkannya. Namun, Dr. Parcak berpendapat Cleopatra sengaja merancang citranya, menggunakan penampilannya bukan untuk pergaulan bebas, tetapi untuk mewujudkan kekuasaan dan kelangsungan Mesir. (*)